TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BRI Memakmurkan Ekonomi Desa dengan Perkuat Financial Advisory 

Spirit Mantri cermin dedikasi BRI untuk tumbuh bersama UMKM

Mantri BRI mengunjungi nasabah. (Dok. BRI)

Jakarta, IDN Times - Pengelolaan bisnis saat ini makin kompleks seiring perkembangan teknologi. Situasi ini perlu dibarengi dengan kemampuan pengelolaan potensi bisnis yang terbagi dalam wilayah-wilayah terkecil. 

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan bahwa penguasaan data dan informasi pada suatu wilayah tanggung jawab terkecil harus lengkap dan faktual bahkan digital. 

Menurutnya, dulu, saat teknologi dokumentasi masih manual dan sangat sederhana, lahirnya ketentuan pokok Agraria, undang-undang terkait gula hingga tata ruang lahan pertanian termasuk kehutanan telah menimbulkan konsekuensi positif atas perekonomian khususnya Jawa. 

Pulau Jawa yang berbukit, curah hujan tinggi, dengan penduduk padat berhasil dikelola dengan sistem administrasi warisan Hindia Belanda untuk keuntungan ekonomi dan sosial.

Baca Juga: BRI Berkomitmen Tingkatkan Dukungan ke Green Sector

1. Menguasai wilayah terkecil suatu bisnis

Tenaga pemasar mikro/Mantri BRI. (Dok. BRI)

Pengelolaan wilayah direpresentasikan dengan pembagian lahan produktif dan non produktif, ada persawahan, ladang, kebun dan tanah-tanah hutan. Tata kelola hutan, misalnya, dibagi dalam unit-unit wilayah yang dikelola kesatuan tertentu, dari Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH), Resor Pengelolaan Hutan (RPH) hingga petak-petak hutan. 

Rancang bangun wilayah hutan yang produktif dimulai dari identifikasi dan inventarisasi tipe lahan, aliran sungai dan sosial budaya ekonomi masyarakat setempat. Luas area KPH setara administrasi kota/kabupaten di suatu provinsi, sedangkan RPH setara administrasi desa/kelurahan di suatu kecamatan. 

KPH dipimpin Administratur dan Asper, sedangkan RPH dipimpin Mantri yang membina beberapa ‘pesanggem’ atau petani petak terkecil di hutan produktif. Mantri hutan bertugas sebagai pelaksana teknis kehutanan, memastikan hasil hutan produktif dan efisien dengan treatment penanaman yang cocok, menguasai data dan informasi seluruh kegiatan, memberikan edukasi dan penyuluhan, serta membina hubungan harmonis dengan aparatur, lembaga dan masyarakat.

Mantri BRI berperan sebagai financial advisor dan ikut membangun perekonomian desa. (Dok. BRI)

Tidak jauh berbeda, filosofi Mantri hutan sama halnya dengan tugas dan peran Mantri BRI. Bedanya, pemangkuan wilayah (tenurial) Mantri hutan berdasar Daerah Aliran Sungai (DAS), sedangkan Mantri BRI mengikuti administrasi pemerintahan saat ini. Sosok Mantri digambarkan dengan seseorang yang paling mengenal dan memahami satu wilayah bisnis terkecil. Begitu juga dengan Mantri Kesehatan, Mantri Hewan atau Suntik, Mantri Sunat, Mantri Lurah, adalah sama yaitu 'seorang pelayan' bagi masyarakat suatu desa.

Sekitar 83 ribu desa tersebar di 34 provinsi di Indonesia, jika terdapat sekitar 27 ribu Mantri BRI, maka setidaknya Mantri BRI mampu melayani dan memberdayakan 3 desa sebagai wilayah bisnisnya. Belum lagi jika ditambah resources sinergi ekosistem Ultra Mikro antara BRI, Pegadaian dan PNM, ada 63 ribu, tiap personel berbanding 1-2 desa. Berbagai aktivitas dan peran dalam mengembangkan pelaku UMKM setempat tentu tidak serta merta dilakukan begitu saja. 

Selaku tenaga pemasar, Mantri BRI mengidentifikasi wilayah bisnis sebagai suatu ekosistem, memahami data potensi ekosistem pasar, ekosistem desa dan ekosistem pembayaran termasuk individu pelaku usaha dan lembaga/instansi pengelola. Dikenal masyarakat karena menyatu dalam ekosistem, memberdayakan karena mengenali kebutuhan usaha dan menjadi rujukan karena telah mengedukasi para pelaku UMKM naik kelas. Secara tidak langsung Mantri BRI berperan sebagai financial advisor dan ikut membangun perekonomian desa.

2. Membangun resiliensi ekosistem desa

Mantri BRI mengunjungi pelaku UMKM. (Dok. BRI)

Seolah tidak ingin tenggelam sampai mati di lumbung sendiri, selama 3 tahun pandemik Mantri BRI terus berupaya menjalankan aktivitas dengan melakukan berbagai cara untuk tetap dapat berkomunikasi dengan nasabah maupun calon nasabah. BRI konsisten memberi layanan terbaik pada UMKM, segmen ekonomi terbesar yang dijalani sebagian besar masyarakat Indonesia. 

Mantri BRI membina, memberdayakan, dan mendukung mereka untuk mengoptimalkan kompetensi usaha dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Upaya penyelamatan terhadap pelaku usaha terdampak pandemi melalui restrukturisasi betul-betul menjadi tantangan tersendiri bagi Mantri BRI hingga ikut merasakan bagaimana omzet usaha turun karena pasar tutup dan jual beli sepi.

Jalan yang terjal dan curam, naik dan turun gunung, tidak memupus langkah kaki Dewi Hajar Pinuji, seorang Mantri BRI Unit Jatinom, Kantor Cabang Klaten, untuk mendatangi rumah-rumah nasabah yang berada di pelosok. Medan yang cukup berat, bahkan sering mendapati beberapa desa sedang karantina mandiri dan tidak diperkenankan untuk masuk, harus melewati prosedur izin perangkat desa terlebih dulu dengan menjelaskan tujuannya.

Digitalisasi proses dan layanan yang dihadirkan BRI telah dirasakan manfaatnya oleh seluruh Mantri BRI berikut para nasabah melalui pemanfaatan aplikasi BRISPOT. Hingga saat ini, BRISPOT menjadi tools bagi Mantri BRI guna menciptakan fleksibilitas dan efektifitas, sehingga proses kredit termasuk restrukturisasi bisa dilakukan lebih cepat. Seluruh pengelolaan portofolio bisnis terekam secara digital dan online, menjadi dasar pengelolaan dan tindak lanjut yang lebih presisi pada tiap-tiap ekosistem bisnis. 

Baca Juga: BRI Jadi Perusahaan Publik Terbesar di Indonesia Versi Forbes

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya