Inflasi Selandia Baru Tembus 7,3 Persen, Tertinggi sejak 3 Dekade
Inflasi naik dari 6,9 persen menjadi 7,3 persen
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Inflasi di Selandia Baru pada bulan Juni telah mencapai angka 7,3 persen. Laju inflasi tersebut merupakan level tertinggi yang pernah dialami oleh Selandia Baru selama tiga dekade terakhir. Masyarakat di Selandia Baru kini menghadapi tantangan baru seiring dengan meningkatnya harga bahan pangan pokok, bensin, dan perumahan.
Pemerintah Selandia Baru merilis indeks harga konsumen pada kuartal kedua di tahun 2022. Inflasi naik dari 6,9 persen menjadi 7,3 persen, harga sejumlah bahan pangan pokok naik 1,3 persen dan harga transportasi juga melambung 2,3 persen.
Baca Juga: Inflasi AS Kerek Euro Jatuh ke Level Terendah sejak 2002
Baca Juga: Zulhas: Kalau Orang Uangnya Banyak, Gak Begitu Marah Inflasi Naik pun
1. Sektor rumah tangga dan transportasi sumbang angka inflasi di Selandia Baru
Bank-bank besar, termasuk ANZ dan Reserve Bank sebelumnya memang memperkirakan inflasi akan mencapai 7 persen atau 7,1 persen. Infometrics bahkan memperkirakan laju inflasi mencapai 7,3 persen. Inflasi tersebut merupakan tertinggi sejak Juni 1990.
Sektor perumahan dan kebutuhan rumah tangga menjadi kontributor utama inflasi di Selandia Baru. Pendorong utama inflasi tak lain adalah lonjakan sebesar 18 persen terkait biaya konstruksi sehingga ikut menaikkan harga sewa perumahan.
“Masalah rantai pasokan, biaya tenaga kerja, dan permintaan yang lebih tinggi terus mendorong biaya pembangunan rumah baru,” kata Jason Attewell, manajer umum Badan Pusat Statistik Selandia Baru seperti dikutip dari The Guardian, Senin (18/7/2022).
Baca Juga: Inflasi AS Juni 2022 Meroket ke 9,1 Persen, Rekor Tertinggi Sejak 1981