TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Meski Tumbuh Positif, Sektor Properti Tetap Diminta Waspada

Kontribusi sektor konstruksi ke PDB meningkat 11,11 persen

Ilustrasi Perumahan. IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Tidak pastinya pertumbuhan ekonomi global, tak bisa dihindari berdampak pula pada situasi domestik. Secara tidak langsung pula, situasi ini berdampak pula pada sektor pembangunan dan properti. Naiknya harga komoditas pangan dan energi serta peningkatan suku bunga acuan juga menjadi tantangan lain yang harus dihadapi.

Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, mengatakan di kuartal I 2022, BPS mencatat sektor real estate dan konstruksi tumbuh masing masing 3,78 persen yoy dan 4,83 persen.

"Saat ini, pemerintah telah memberikan fasilitas pembiayaan perumahan berupa fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan, bantuan pembiayaan perumahan berbasis tabungan, subsidi bantuan uang muka, dan pembiayaan Tapera. Serta di tahun 2022 pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan  relaksasi untuk sektor perumahan berupa insentif pajak pertambahan nilai," kata Herry, Jumat (29/7/2022).

Baca Juga: PetaRumah Andalkan Penjualan Properti Via Online dan Agen Millennial 

1. Ada korelasi antara pertumbuhan sektor properti dengan produk domestik bruto atau PDB

ilustrasi naiknya produk domestik bruto (weforum.org)

Ekonom INDEF, Abdul Manap Pulungan, menyampaikan ada korelasi antara pertumbuhan sektor properti dengan produk domestik bruto atau PDB. Sehingga, pertumbuhan properti dinilai sangat penting dalam pembentukan PDB Indonesia.

Adapun, kontribusi sektor konstruksi terhadap PDB meningkat 11,11 persen pada 2021. Sementara itu, peranan sektor real estate terhadap PDB Indonesia mencapai 2,74 persen.  Kredit properti juga mengalami pertumbuhan per Juni 2022, dengan kenaikan sebesar 10,74 persen.

"Jika dibandingkan dengan 2019, justru tahun ini memang tumbuh tinggi.Tapi, kami juga harus memperhatikan situasi lower base, karena di 2020 dan 2021 pertumbuhan di industri properti dan secara keseluruhan memang turun," kata Abdul.

Baca Juga: 6 Ciri-ciri KPR Ditolak, Jangan Sampai Kamu Mengalaminya!

2. Indeks harga properti tumbuh positif di tengah pandemi

Chief Economist Head of Economic Research Division PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Martin Siyaranamual, menyebutkan indeks harga properti tumbuh positif di tengah pandemi. Apalagi, rumah rumah tipe kecil harganya tumbuh cepat dibandingkan dengan tipe sedang dan besar.

"Karena kalau kami lihat sosio struktur demografi Indonesia sekarang ini yang menyebabkan rumah kecil banyak permintaannya. Adakah generasi kini yang anaknya lebih sedikit dan modern. Tapi, kalau nenek dan kakek kita itu anaknya banyak. Jadi, bukan hal yang aneh buat sekarang, melihat permintaan rumah besar itu jadi tidak terlalu tinggi. Implikasinya pertumbuhan harganya tidak terlalu tinggi," ucap Martin.

Martin menjelaskan saat ini permintaan KPR banyak didominasi di wilayah provinsi yang tingkat urbanisasinya tinggi, seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan DKI Jakarta. Untuk wilayah luar Jakarta, yakni di Sulawesi Selatan dan Sumatra Utara.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya