Membangun Desa Lewat Kopi
Kopi tidak hanya soal konsumsi tapi juga edukasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semarang, IDN Times - Hawa dingin khas dataran tinggi menyambut kedatangan saya bersama rombongan Kafe BCA On The Road pagi itu. Ini pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kawasan Dusun Kopi Sirap, Desa Kelurahan, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Sekilas, desa tersebut tak berbeda dengan desa-desa lainnya yang ada di Indonesia.
Namun, nama Dusun Kopi Sirap mencuri perhatian. Nama itu terdengar cukup asing di telinga kami tapi nama itu cukup menyiratkan warna kehidupan dan mata pencaharian warganya. Desa yang berada di dataran tinggi ini merupakan salah satu penghasil kopi di Indonesia dengan 80 persen warganya bekerja sebagai petani kopi.
Ada sekitar 35 hektar lahan yang telah ditanami kopi oleh para petani Dusun Kopi Sirap. Sementara itu, masih ada 15 hektar lahan lainnya yang merupakan pekarangan dan lahan untuk pengembangan.
Dari total lahan yang ditanami kopi, para petani setempat bisa menghasilkan 1200 ton biji kopi setiap masa panen. Angka itu mengalami peningkatan dibanding 2015 yang hasilnya hanya 500-700 ton.
"Tahun 2018 lalu panen naik 60 ton karena didukung oleh cuaca yang bagus. Panen kita biasanya di bulan Agustus sampai November," kata Ketua Kelompok Tani Rahayu Empat, Ngadianto di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (8/9).
Hebatnya, 25 persen dari hasil panen, diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Tiongkok hingga Arab. Para petani mengekspornya melalui PT Taman Delta Indonesia. Sementara sisanya dijual untuk dalam negeri.
Baca Juga: Ingin Lepas dari Tengkulak, Petani kopi Kalibaru Buat Produk Sendiri
1. Potensi Dusun Kopi Sirap yang dilirik BCA
Potensi yang ada di Dusun Kopi Sirap kemudian dilirik oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Mereka menilai bahwa desa tersebut tidak hanya sekedar menjadi penghasil kopi, melainkan juga sebagai agrowisata.
Komisaris Independen PT Bank Central Asia Tbk Cyrillus Harinowo menceritakan bahwa dirinya mengetahui potensi Dusun Kopi Sirap lewat publikasi di sebuah media nasional. Hingga, akhirnya pihaknya melakukan penelusuran dan lahirlah kesepakatan desa tersebut masuk dalam program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) Bakti BCA.
"Ternyata ini desa yang punya potensi besar sekali. BCA punya pengalaman mengembangkan desa wisata," ungkapnya.
Apa yang dikatakan Harinowo bukan pepesan kosong. Sebelumnya sudah ada desa yang dikembangkan CSR BCA. Desa Wisata Goa Pindul di Wonosari, Yogyakarta, adalah salah satu contohnya. Dia mengatakan bahwa BCA telah masuk ke desa tersebut sejak 2003. Seiring berjalannya waktu, desa tersebut terus berkembang dan dibanjiri wisatawan.
"Di tahun 2011 jumlah wisatawan hanya 100 ribu per tahun. Hari ini sudah 3 juta lebih. Antara lain di dorong oleh Goa Pindul. Tapi yang paling penting obyeknya dibikin bagus, penyebarluasan informasi juga. Nah Dusun Kopi Sirap ini kita ingin seperti itu," tegasnya.
Selain itu, BCA memiliki 12 desa bakti binaan yang tergabung dalam program CSR-nya. Desa tersebut di antaranya adalah Wisata Wayang Desa Wukirsari, Wisata Goa Pindul, dan Desa Wisata Pentingsari.
Baca Juga: Serunya BCA Young Community Conference 2019 Dipenuhi Pembicara Ternama