TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tahu Tempe Langka, Mentan Genjot Produksi Kedelai dalam 200 Hari

Jangan bergantung kedelai impor terus

Ilustrasi kedelai. IDN Times / Auriga Agustina

Jakarta, IDN Times - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan pihaknya segera melipatgandakan produksi kedelai dalam negeri dalam waktu setidaknya 200 hari atau dua kali masa tanam. Hal itu dilakukan sebagai upaya pemerintah menekan harga bahan baku tahu dan tempe yang sedang mahal.

"Kita coba lipat gandakan. Ini kan membutuhkan 100 hari minimal kalau pertanaman. Dua kali 100 hari bisa kita sikapi secara bertahap sambil ada agenda seperti apa mempersiapkan ketersediaannya. Kita juga bekerja sama dengan kementerian lain," kata Syahrul seperti dikutip dari ANTARA, Selasa (5/1/2021).

Baca Juga: 6 Jenis Tempe Selain Tempe Kedelai, Sudah Mencoba yang Mana Saja Nih?

1. Kementan bakal memperluas area tanam kedelai

Ilustrasi kedelai. IDN Times / Auriga Agustina

Mentan berkomitmen agar produksi kedelai dalam negeri berdaya saing, baik dari sisi kualitas maupun harga. Peningkatan produksi kedelai, kata Syahrul, bakal dilakukan dengan perluasan areal tanam dan melibatkan integrator, kedelai unit-unit kerja Kementan dan pemerintah daerah.

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi menegaskan untuk meningkatkan produksi kedelai tahun ini dilakukan dengan melakukan percepatan budidaya di klaster-klaster dengan integrator.

Tahun 2021 ini, Kementan mengalokasikan bantuan pengembangan kedelai di Provinsi Sulawesi Utara seluas 9.000 hektare, Sulawesi Barat 30.000 hektare, dan Sulawesi Selatan 9.000 hektare.

"Selain itu juga membangun kemitraan hilirisasi dan pasar industri tahu tempe dengan petani di Jateng 15.000 hektare, Jabar 15.000 hektare, Jatim 15.000 hektare, NTB 4.000 hektare dengan dukungan KUR dan akses kepada offtaker," kata Suwandi.

2. Produktivitas kedelai Indonesia saat ini baru 1,5 ton per hektare

ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah

Suwandi mengungkapkan rata rata produktivitas kedelai saat ini 1,5 ton/hektare. Angka tersebut harus ditingkatkan menjadi 2 ton/hektare melalui riset benih unggul dan teknologi budi daya.

"Perlu juga pengendalian impor melalui kebijakan dari non lartas (dilarang dan atau dibatasi) menjadi lartas dan mewajibkan setiap importir kedelai bermitra dengan petani sekaligus menyerap produksi kedelai lokal dengan harga yang ditetapkan," ucap dia.

Baca Juga: DPR: Naiknya Harga Kedelai Jadi Peringatan Dini untuk Pemerintah

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya