TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Neraca Perdagangan Surplus US$21,7 Miliar, Mendag Cium Potensi Bahaya

Lutfi sebut surplus ini justru hal negatif

Muhammad Lutfi, Menteri Perdagangan di era Kabinet Jokowi (ANTARA FOTO/Ismar Patrizki)

Jakarta, IDN Times - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi 'mencium' potensi bahaya di balik surplus neraca perdagangan Indonesia di 2020 yang mencapai 21,74 miliar dolar AS. Ia menyebut memang surplus ini menjadi rekor tertinggi bagi Indonesia sejak 1998.

"Tapi hari ini ada yang beda karena ada beberapa hal penting. Ada surplus 21 miliar dolar, tertinggi sejak 2012, mungkin juga tertinggi sejak 1998, tapi ada beberapa hal yang ganggu saya," kata Lutfi dalam acara Economic Recovery: How To Accelerate Economic Growth Media Group News, Rabu (27/1/2021).

Baca Juga: Neraca Dagang RI Perkasa Lawan AS, Keok dari Tiongkok

1. Bahaya di balik surplus 21,74 miliar dolar AS

Ilustrasi pegawai pabrik. ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

Lutfi mengatakan surplus 21,74 miliar dolar AS ini berbahaya karena bisa membawa multiplier effect bagi Indonesia. Efek yang dimaksud adalah tidak terjadinya industrialisasi, konsumsi tertahan dan penciptaan lapangan kerja yang berkurang.

"Ini merupakan multiplier effect yang sebenarnya negatif. Jadi saya merasa ini mesti kita perbaiki," kata mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat tersebut.

2. Mengapa bahaya itu bisa muncul?

Ilustrasi Penurunan/Bearish (IDN Times/Arief Rahmat)

Lutfi mengibaratkan kondisi perdagangan Indonesia ini sedang dalam kondisi cedera bisa muncul bahaya-bahaya di atas. Merujuk pada data kuartal III 2020, ia melihat penurunan pada beberapa sektor yang ia nilai krusial.

Sektor perdagangan minus 5,03 persen, sektor pergudangan minus 16,7 persen, sektor akomodasi dan makanan-minuman turun 11,86 persen, sektor konsumsi otomotif dalam negeri turun 18,06 persen, perdagangan besar bukan eceran mobil turun 2,08 persen, industri hotel, restoran dan katering turun 40 persen dan inflasi terjaga di 1,68 persen.

"Artinya perdagangan tidak jalan. Kalau ini didiamkan bukan suatu yang baik tapi tidak baik," ucapnya.

Baca Juga: Wow, Neraca Perdagangan Indonesia Terbaik sejak 2012 meski Pandemik

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya