TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sektor Ritel Mulai Kehabisan Napas dan Amputansi Toko

Mereka cuma kuat bertahan sampai lebaran tahun depan

Ilustrasi Mal (IDN Times/Besse Fadhilah)

Jakarta, IDN Times - Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Tutum Rahanta mengatakan sektor ritel makin kehabisan napas di tengah pandemik COVID-19 yang belum kunjung usai.

"Sekarang ini kami bertahan dengan sisa nafas yang ada. Nafas ini harus kami bayar kalau orang sakit. Ibaratnya orang sakit butuh ventilator," kata Tutum kepada IDN Times, Jumat (11/12/2020).

Baca Juga: Ritel Klaim Rugi Rp200 Triliun Gara-gara PSBB dan COVID-19

1. Menutup gerai untuk tetap bertahan hidup

Ilustrasi Mal di Jakarta (IDN Times/Besse Fadhilah)

Salah satu strategi untuk sektor ritel bertahan hidup adalah dengan menutup sejumlah gerai yang tidak menguntungkan. Beberapa waktu lalu misalnya, PT Matahari menutup sebanyak 13 gerai mereka yang tidak menguntungkan dalam dua bulan terakhir. Menurut Tutum, pengusaha ritel tidak punya pilihan selain itu.

"Kalau mau bertahan ya Anda harus amputansi toko-toko yang tidak menguntungkan dan memangkas operasional ritel Anda," ucapnya.

2. Vaksin belum tentu perpanjang nafas sektor ritel

Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Meski Indonesia sudah mulai kedatangan vaksin, Tutum menilai implementasi nyata dari vaksin itu baru bisa terjadi ketika masyarakat sudah kembali berkaktivitas. Selain itu sektor ritel juga dipengaruhi oleh sektor lainnya.

Jika vaksinisasi berjalan lancar, Tutum memperkirakan pergerakan masyarakat untuk kembali berbelanja di ritel terjadi pada kuartal II 2021.

"Karena kuartal II 2021 ada lebaran. Kalau recovery itu tidak terjadi, akan banyak ritel lagi yang bisa tumbang, kita bisa lebih sulit lagi. Karena jika lebih dari itu, nafas kita tidak akan kuat," kata Tutum.

Baca Juga: Matahari Departement Store Tutup 13 Gerai hingga Akhir Tahun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya