Apa Filosofi di Balik 4 Motif Batik Emas Batangan Antam?
Pengin gak beli emas yang motif batik?
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang telah mendapatkan pengakuan dunia. Hal itu ditetapkan oleh Badan PBB untuk Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan atau UNESCO. Dalam pengakuan yang disampaikan UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik menjadi salah satu warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and the Intangible Heritage of Humanity).
Sebagai salah satu bentuk pelestarian batik, PT Antam melalui UBPP Logam Mulia pada 2018 lalu mengeluarkan produk Emas Seri Batik Indonesia. Dikutip dari laman resmi Logam Mulia, ada empat motif yang ditawarkan. Di antaranya batik truntum, batik wahyu tumurun, batik sekar jagad, dan batik purbo negoro.
Pemilihan keempat motif itu tentu bukan tanpa alasan. Sebab, masing-masing motif batik emas batangan Antam inimemiliki filosofi mendalam. Nah bagi yang baru ingin mengoleksi seri yang diterbitkan lebih setahun lalu ini, wajib tahu seperti apa.
1. Batik Truntum bermakna kesetiaaan, cinta yang tulus dan abadi
Diciptakan oleh Permaisuri Sunan Paku Buwana III yang bernama Kanjeng Ratu Kencana, batik truntum memiliki makna mendalam tentang kesetiaan, cinta yang tulus dan abadi. Kata ‘truntum’ berasal dari istilah “tumaruntum” yang bermakna semakin lama semakin terasa subur berkembang.
Menurut tradisi klasik Jawa, kain batik bermotif truntum biasa dipakai oleh orangtua pengantin pada saat hari pernikahan. Batik ini dikenakan sebagai harapan agar cinta kasih yang tumaruntum akan menghinggapi kedua mempelai yang sedang menikah. Selain itu, batik truntum juga dimaknai sebagai kewajiban untuk ‘menuntun’ bagi orangtua kepada pasangan yang sedang memasuki pernikahan sebagai tahapan hidup yang baru.
Baca Juga: 6 Cara Mudah Investasi Emas Bagi Pemula
Berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, motif batik Wahyu Tumurun pada awalnya dikenakan sebagai busana peribadatan sejak era Panembahan Senopati di Kotagede. Motif batik ini kemudian dikembangkan kembali oleh Sultan Agung. Dengan motif yang identik pada pola mahkota terbang sebagai motif utama, motif batik Wahyu Tumurun dimaknai sebagai simbol kemuliaan.
Editor’s picks
Motif batik Wahyu Tumurun memiliki filosofi sebagai gambaran harapan agar pemakainya mendapat petunjuk, berkah, rahmat, dan anugerah yang berlimpah dari Tuhan yang Maha Kuasa. Selain itu, motif batik ini juga memiliki filosofi sebagai harapan untuk mencapai keberhasilan dalam meraih cita-cita, kedudukan maupun pangkat.
Baca Juga: Yuk, Kenali Saat yang Tepat untuk Berinvestasi di Emas