TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Virus Corona Bikin Yuan Tiongkok dan Saham Global Berguguran

Penyebaran virus mengurangi selera terhadap aset berisiko

Para penumpang memakai masker terlihat di ruang tunggu untuk kereta menuju Wuhan di Stasiun Kereta Api Beijing Barat, menjelang Tahun Baru Imlek di Beijing, Tiongkok, pada 20 Januari 2020. (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer)

New York, IDN Times - Yuan Tiongkok jatuh pada akhir perdagangan global Selasa (Rabu pagi WIB). Sementara, mata uang safe-haven yen Jepang menguat. Penyebaran virus corona di Tiongkok rupa-rupanya mengurangi selera terhadap aset-aset berisiko.

Tiongkok melaporkan kematian keempat akibat virus corona ketika jumlah kasusnya terus meningkat. Sementara pejabat AS juga mengonfirmasi kasus virus AS pertama pada Selasa kemarin (21/1).

1. Saham global turut jatuh

Ilustrasi memantau pergerakan saham. ANTARA FOTO/Reno Esnir

Selain itu, saham-saham global jatuh ketika wabah itu menghidupkan kembali ingatan akan sindrom pernafasan akut yang parah (SARS) pada 2002-2003, virus corona lain yang merebak di Tiongkok dan menewaskan hampir 800 orang dalam pandemi global.

"Anda mendapat yen yang lebih kuat, franc Swiss yang lebih kuat, dan penghindaran risiko mulai terjadi di semua hal," kata Kit Juckes, seorang analis di Societe Generale seperti dikutip dari Antara.

2. Perdagangan dan pariwisata Tiongkok ikut merosot

Seorang pria mendorong bagasinya saat seorang anak duduk diatasnya dengan masker di Stasiun Kereta Api Beijing Barat, menjelang Tahun Baru Imlek, di Beijing, Tiongkok, pada 20 Januari 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer

Dolar AS terakhir naik 0,60 persen terhadap yuan di perdagangan offshore atau luar negeri di 6,9073 per dolar AS. Mata uang yang terkait dengan perdagangan dan pariwisata Tiongkok juga ikut terseret turun. Dolar Australia jatuh ke level terendah dalam lebih dari sebulan di 0,6842 dolar AS.

Dolar AS melemah 0,35 persen terhadap mata uang safe-haven yen Jepang menjadi 109,79 yen per dolar AS.

Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ), juga sebelumnya mendorong perkiraan pertumbuhan ekonominya dan sangat optimistis tentang prospek global, meskipun pihaknya mengatakan risiko yang sedang berlangsung berarti terlalu jauh untuk mempertimbangkan mengurangi program stimulus besar-besaran.

Baca Juga: Fakta Unik Virus Pneumonia Misterius yang Menyerang Wuhan, Bahaya kah?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya