TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BEM RI Dukung Kenaikan Harga Pertalite

Alihkan subsidi untuk masyarakat kurang mampu

Ilustrasi BBM Pertalite. (Dok. Pertamina)

Jakarta, IDN Times - Badan Eksekutif Mahasiswa Republik Indonesia (BEM RI) mendukung rencana kenaikan harga Pertalite dan mengalihkan subsidi dari orang kaya ke orang miskin. Demikian disampaikan Koordinator Pusat BEM RI Abdul Muhtar, dalam pernyataan sikap pada Jumat (2/9).  

“Pertama, mendesak pemerintah untuk mengalihkan anggaran subsidi energi yang sangat besar yakni Rp502 triliun pada Tahun Anggaran 2022, untuk pembangunan di berbagai sektor yang dibutuhkan masyarakat kelas bawah dan kegiatan produktif. Misalnya pendidikan, kesehatan, pembangunan infrastruktur energi dan sektor produktif lain yang bersinggungan langsung dengan hajat hidup masyarakat miskin di negeri ini,” katanya. 

BEM RI juga mendesak pemerintah untuk mengevaluasi penetapan anggaran subsidi energi yang sangat besar tersebut. Apalagi, sebagian besar anggaran subsidi energi itu, yakni sekitar 80 persen, dinikmati masyarakat mampu atau orang-orang kaya.  

Baca Juga: Pertamina Turunkan Harga BBM Nonsubsidi, Ini Daftar Lengkapnya!

1. Pemerintah harus tegas merealokasi anggaran

Yulius Satria Wijaya/ANTARA FOTO

Lebih jauh Muhtar berpendapat, pemerintah harus berani dan tegas melakukan pengurangan subsidi energi dan direalokasi menjadi anggaran yang diperlukan masyarakat miskin seperti Bantuan Sosial atau Bantuan Langsung Tunai, fasilitas kesehatan dan pendidikan agar dana APBN lebih dirasakan masyarakat. “Alihkan subsidi dari si kaya ke si miskin yang benar-benar membutuhkan,” tegasnya.

Menurut Muhtar, memang penting untuk meneliti, siapa sebenarnya mayoritas pengguna BBM Bersubsidi selama ini. “Benarkah rakyat kecil, rakyat miskin, yang selama ini digaungkan untuk mendapatkan pembelaan? Faktanya pada BBM Bersubsidi, contohnya Pertalite, pengguna terbesarnya hingga sekitar 80 persen adalah mobil pribadi. Mereka adalah golongan masyarakat kategori menengah ke atas,” lanjut Muhtar.

Dia menilai bahwa jika rakyat kecil atau rakyat miskin pengguna Pertalite dikategorikan mereka yang hanya bisa memiliki sepeda motor, faktanya penyerapan Pertalite oleh sepeda motor tidak lebih dari 30 persen. 

“Subsidi BBM selama ini sebenarnya memang terbanyak dinikmati oleh orang kaya. Makin kaya dia, makin besar kapasitas mesin mobilnya, maka paling banyak dia menikmati subsidi BBM. Makin miskin dia, hanya bisa beli sepeda motor atau bahkan sepeda motor pun tak punya, maka makin sedikit dia menikmati subsidi di negeri ini,” imbuhnya. 

2. Kenaikan harga tak dapat dihindari

Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel memastikan pasokan BBM jenis Pertalite aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat di Lampung. (Dok. Pertamina).

Muhtar beranggapan, kenaikan harga memang tidak dapat dihindari demi menyelamatkan keuangan negara. Terlebih, mengingat dana subsidi BBM Tahun Anggaran 2022 juga akan terserap habis pada November 2022 yang akan datang.

“Jika pemerintah mempertahankan harga BBM dan gas bersubsidi seperti saat ini, yang jauh berada di bawah harga keekonomian, maka pada TA 2023 yang akan datang pemerintah diharuskan untuk "top-up" Rp198 triliun, sehingga total subsidi dan kompensasi akan mencapai Rp700 triliun,” jelasnya.

Baca Juga: Dukung Transisi Energi, Begini Strategi Bos Pertamina

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya