Korea Selatan Naikkan Tarif Listrik dan Gas 5,3 Persen
Imbas kerugian operasional perusahaan listrik dan gas negara
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Korea Selatan (Korsel) akan menaikkan tarif listrik sebesar 5,3 persen. Hal ini dilakukan guna meringankan kerugian yang meningkat di perusahaan energi milik negara, serta ditambah biaya energi global yang tinggi.
Tidak hanya listrik, tarif gas pun turut mengalami kenaikan yang sama. Kkenaikan kedua utilitas tersebut akan berdampak pada inflasi yang sudah tinggi dan biaya hidup di Negeri Ginseng.
Keputusan mengenai kenaikan tarif listrik kuartal kedua tersebut sebenarnya telah dijadwalkan pada Maret. Namun, itu ditunda selama lebih dari sebulan karena kekhawatiran kenaikan harga di tengah perlambatan ekonomi, ditambah adanya protes publik mengenai kenaikan biaya hidup.
Baca Juga: Ini Tindakan Korsel Sebelum Jepang Buang Limbah Nuklir Fukushima
Baca Juga: Krisis Listrik, Pakistan Tutup Mal Lebih Awal
1. Laporan kenaikan tarif dan gas di Korsel
Berdasarkan pengumuman pemerintah, kenaikan tarif dan gas sebesar 5,3 persen berarti akan menyebabkan meningkatnya tarif listrik sebesar 8 won (Rp88,5) per kilowatt-jam dan tarif gas sebesar 1,04 won (Rp11) per megajoule. Tarif tersebut akan berlaku mulai Selasa.
Dengan adanya kenaikan tarif, maka empat orang rumah tangga yang menggunakan jumlah rata-rata listrik dan gas, harus membayar masing-masing sekitar 3 ribu won (Rp33 ribu) dan 4.400 won (Rp49 ribu) lebih per bulan.
"Meskipun kami telah menyesuaikan harga listrik dan gas dari tahun lalu hingga awal tahun ini, penyebab kenaikan belum sepenuhnya teratasi," kata Lee Chang-yang, Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel pada Senin (15/5/2023), dilansir Korea Herald.
Lee juga menambahkan bahwa kenaikan tersebut untuk menormalkan operasi kedua perusahaan milik negara, yakni Korea Electric Power Corp (KEPCO) dan Korea Gas Corp (Kogas), serta menjamin keberlanjutan pasokan energi.
Lee menekankan bahwa Kepco dan Kogas menderita kerugian operasional akibat harga pasokan energi global yang melonjak, imbas invasi Rusia di Ukraina. Selain itu, sulit bagi pemerintah jika mengatasi krisis hanya dengan upaya kedua perusahaan tersebut.
Baca Juga: Bye Dolar, RI-Korea Selatan Sepakat Pakai Won dan Rupiah
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.