TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Startup Hadapi Masa Tech Slowdown, Apa Penyebabnya?

Startup harus terus berefleksi dan berinovasi

Mandiri Capital Trends & Outlook 2023Trends & Outlook 2023: Opportunities During Tech Slowdown, Rabu (08/02/2023) di Jakarta (IDN TImes, Raihan Ali)

Jakarta, IDN Times – Perusahaan teknologi menghadapi kondisi sulit dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2022, tekanan itu semakin besar dan tidak hanya menggoncang perusahaan rintisan (startup) melainkan juga raksasa teknologi.

PT Mandiri Capital Indonesia (MCI) menilai kondisi ini sebagai masa tech slowdown. Bagi startup, hal ini tidak lepas dari strategi 'membakar uang' dalam rangka membangun brand untuk menjangkau target pasar mereka. Padahal kini, strategi 'membakar uang' terbukti tidak selalu berhasil karena bisnis startup harus mencari sebuah profitability.

Chief Investment Officer Mandiri Capital, Dennis Pratistha ada dua penyebab utama dunia memasuki masa tech slowdown. Pertama, perusahaan belum melakukan perencanaan masa depan yang tepat. Kedua, perusahaan belum menghasilkan inovasi yang baik.

“Saat ini startup harus fokus kepada inisiatif yang memiliki dampak positif terhadap bottom line untuk memiliki path to profitability dan mencapai self sustain. Tidak lagi growth at any cost,” ujar Dennis dalam diskusi Trends dan Outlook 2023: ‘Opportunities During Tech Slowdown’ di Jakarta pada Rabu (8/2/2022).

Baca Juga: Daftar Startup yang Terkena Badai PHK, Terus Bertambah!

Baca Juga: Mengenal Perusahaan Modal Ventura, Andalan Startup Cari Suntikan Dana

1. Keuntungan startup turun 35 persen

Mandiri Capital Trends & Outlook 2023Trends & Outlook 2023: Opportunities During Tech Slowdown, Rabu (08/02/2023) di Jakarta (Dok. MCI)

Dennis menyebut modal ventura menjadi sumber pembiayaan besar bagi pengusaha selama satu dekade terakhir dalam mewujudkan misi serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut CB Insights dalam State of Ventures 2022 Report, perusahaan yang didukung modal ventura mendapatkan keuntungan mencapai 415,1 miliar dolar AS di 2022 atau turun 35 persen dari 2021.

Sektor kesehatan digital mengalami penurunan pendanaan paling dalam di 2022 berkurang sekitar 57 persen year on year (yoy). Sedangkan untuk sektor startup ritel turun 52 persen yoy dan startup fintech turun 46 persen yoy.

Berdasarkan wilayah, Asia mengalami kontraksi terbesar dengan biaya pendanaannya berkurang 40 persen yoy dan Eropa dan Amerika Serikat turut melemah 17 persen yoy.

Baca Juga: Pandu Sjahrir Ungkap Penyebab Startup Berjatuhan 

2. Startup perlu evaluasi bisnis dan belajar dari 2022

Ilustrasi Startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Di 2023, startup perlu mengevaluasi kembali proses bisnis yang terstruktur sehingga biaya operasional lebih efisien. Startup juga harus berinovasi dalam memecahkan sebuah masalah.

Setiap keputusan sulit yang diambil pada 2022 harus dijadikan sebagai pelajaran. Dennis menilai startup harus berefleksi, melihat ke depan dan merencanakan pertumbuhan berkelanjutan di tahun-tahun yang akan datang.

“Startup masih dapat berkembang meskipun mendapatkan banyak tantangan. Selama startup membangun fundamental bisnis yang kuat dan agile, serta mencari peluang yang baru, perusahaan akan dapat mencapai bisnis yang berkelanjutan,” ujar Dennis. 

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya