TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Gegara Perang Rusia-Ukraina, Produksi Mobil Global Diprediksi Turun

Penurunan disebut akan cukup signifikan

Tank Ukraina berjalan menuju kota, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengesahkan operasi militer di bagian timur Ukraina, di Mariupol, Ukraina, Kamis (24/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria.

Jakarta, IDN Times – Invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan banyak gangguan di sektor ekonomi, seperti naiknya harga minyak dan harga pangan. Namun, dampaknya ternyata bukan sebatas itu. Industri otomotif juga turut terkena imbasnya.

Dikutip dari CNBC pada Senin (18/4/2022), pengamat industri otomotif telah memangkas perkiraan produksi dan penjualan untuk dua tahun ke depan sebagai dampak dari perang. Ini terjadi karena krisis telah membuat pabrik-pabrik di Eropa Timur tutup, dan menyebabkan lonjakan harga bahan mentah yang sudah mahal.

Baca Juga: Jokowi: RI Akan Suplai Nikel untuk Dunia, tapi Bukan Bentuk Mentah

Baca Juga: Siap Lanjut Perang, Ukraina Tak Akan Serahkan Bagian Timur ke Rusia 

1. Banyak pabrik tutup

Ilustrasi pabrik. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Perang di Ukraina telah menimbulkan kondisi sulit bagi pekerja di negara itu. Meski beberapa pabrik di Ukraina telah mencoba untuk tetap berjalan di tengah invasi, banyak pekerja dilaporkan harus mengambil jeda dari pekerjaan untuk menghindari tembakan roket.

Pada Maret, S&P Global Mobility, yang sebelumnya bernama IHS Markit, memangkas perkiraan produksi mobil globalnya sebesar 2,6 juta kendaraan pada 2022 dan 2023 karena konflik. Skenario terburuk dari perkiraan mereka adalah pengurangan produksi sebanyak 4 juta kendaraan.

Baca Juga: Butuh Mobil Baru Buat Mudik? Ini Update Harga Mobil LCGC Terbaru

2. Gangguan dapat menyebar ke pasar lain

ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho

Output mobil Eropa sendiri diperkirakan turun sekitar 9 persen atau kira-kira 1 juta mobil. Penurunan ini sebagian akan disebabkan langsung oleh hilangnya penjualan mobil di Rusia dan Ukraina. Tetapi, kedua negara tersebut, bersama-sama, hanya menguasai pangsa kecil pasar otomotif global, yakni sekitar 2 persen dari total pangsa pasar pada tahun 2021.

Namun, laporan itu menyebut ada kekhawatiran yang lebih besar yang bisa timbul dari perang, yakni kekurangan bahan dan suku cadang yang sudah melanda perusahaan pembuat mobil Eropa. Menurut laporan itu, gangguan ini dapat menyebar ke pasar lain jika perang berlanjut.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya