TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mendulang Cuan dari Daur Ulang Limbah Bunga Sungai Gangga

Ada sekitar delapan ton limbah bunga setiap tahunnya

balimediainfo.com

Jakarta, IDN Times – Sungai Gangga dikenal sebagai salah satu sungai tersuci di India dan sering dijadikan tempat upacara bagi Umat Hindu negara itu. Salah satu upacara tersebut yaitu mempersembahkan bunga ke kuil.

Meski penting bagi penganut agama, namun ternyata aktifitas ini mempunyai dampak buruk pada lingkungan. Di mana Sungai Gangga menjadi tercemar oleh pestisida dari limbah bunga yang memenuhi sungai.

Menurut Collect and Recycle, umat Hindu telah memenuhi Sungai Gangga dengan jutaan ton limbah bunga setiap tahunnya. Ini membuat sungai yang terletak di kota Kanpur di utara India itu menjadi salah satu yang terkotor.

Namun demikian, ternyata hal ini telah membuka peluang usaha bagi ratusan warga sekitar.

Baca Juga: India Embargo Produksi Vaksin, RI Cuma Punya 7 Juta Dosis di April

1. Usaha daur ulang limbah bunga

Perdana Menteri India Narendra Modi memberikan penghormatan di tugu peringatan Mahatma Gandhi pada hari ulang tahun ke 150 Gandhi di Rajghat, India, pada 2 Oktober 2019. ANTARA FOTO/REUTERS/Adnan Abidi

Forum ekonomi Dunia (WEF) mengatakan bahwa masalah limbah ini telah membuat Pengusaha Ankit Agarwal mendirikan Phool.co. Perusahaan tersebut berfokus pada bisnis daur ulang limbah bunga dari Sungai Gangga.

“Semua pestisida dan insektisida yang digunakan untuk menanam bunga ini bercampur dengan air sungai, membuatnya sangat beracun,” katanya kepada Reuters TV.

Orang India biasanya mempersembahkan bunga di kuil sebagai tanda pengabdian, kata Agarwal. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa banyak orang India lebih suka membuang bunga yang mereka tawarkan kepada dewa ke dalam air karena memasukkannya ke tempat sampah dianggap tidak suci.

Baca Juga: Begini Kisah Susanto Raup Rp15 Juta per Panen dari Bisnis Ikan Nila

2. Ratusan pekerja

Warga dari komunitas nelayan berjalan dalam sebuah prosesi untuk Narali Purnima atau festival kelapa di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19) di Mumbai, India, Senin (3/8/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Francis Mascarenhas)

Tim Agarwal terdiri dari 100 orang pekerja, yang mana didominasi oleh perempuan yang kebanyakan dari mereka dulunya bekerja sebagai pemulung atau tidak punya pekerjaan.

“Orang-orang melihat saya sebagai wanita mandiri yang bisa melakukan pekerjaan dan juga mengurus rumah tangganya. Jadi, hal ini membawa perubahan dalam hidup saya,” kata Sujata Devi, salah seorang pekerjanya.

Menurut Agarwal, para pekerjanya tersebut melakukan berbagai hal, mulai dari membersihkan bunga dari pestisida dan insektisida, hingga memproses bunga-bunga tersebut menjadi produk tertentu.

Biasanya bunga yang didaur ulang dijadikan kertas dan dupa, serta pewarna air yang dapat digunakan untuk festival Hindu Holi.

Baca Juga: Kisah 'Jungle Boy' Merawat dan Membangun Bisnis Tanaman

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya