TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pertamina Dukung Indonesia Capai Net Zero Emission di 2060

Pertamina targetkan kurangi CO2 hingga 81.4 juta ton di 2060

Ilustrasi kilang minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times – PT Pertamina (Persero) menegaskan komitmennya untuk berkontribusi dalam mendukung langkah Pemerintah mewujudkan Emisi Nol Bersih (Net Zero Emission). Perusahaan minyak negara ini menargetkan pengurangan Karbon Dioksida (CO2) hingga 81.4 juta ton pada tahun 2060.

Pertamina mengatakan targetnya sejalan dengan arahan Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada Forum G20 beberapa waktu lalu di Roma. Pada saat itu Jokowi menyatakan bahwa perubahan iklim hanya dapat dilakukan dengan bekerja sama dalam aksi nyata dan tidak saling menyalahkan.

“Menindaklanjuti pernyataan tersebut, seiring dengan penanganan berbagai tantangan global lainnya, seperti pengentasan kemiskinan dan pencapaian target SDGs, Pertamina bergerak maju dalam penanganan perubahan iklim,” katanya melalui pernyataan yang diterima IDN Times, Rabu (3/11/2021).

Baca Juga: COP26: Uni Eropa Minta Semua Negara Terapkan Pajak Karbon

1. Pertamina berupaya jaga keseimbangan agenda perubahan iklim dan ketahanan energi RI

Ilustrasi Pajak Karbon (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Glasgow, Skotlandia pada Selasa (2/11/2021) menjelaskan dalam rangka mengatasi perubahan iklim, di bidang energi Presiden RI menyatakan bahwa transisi energi ke Energi Baru Terbarukan akan terus berlanjut, namun harus sejalan dengan prinsip ketahanan energi, aksesibilitas, dan keterjangkauan.

“Dari perspektif itu, Pertamina akan terus berusaha mengupayakan adanya keseimbangan antara agenda perubahan iklim dan ketahanan energi di Indonesia dan juga untuk keberlanjutan perusahaan,” ujar Nicke.

Sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang menargetkan pada tahun 2030 penurunan emisi sebesar 29 persen dengan kemitraan global, di sektor energi, pemerintah berambisi mengurangi emisi sebanyak 314 juta ton setara CO2 (tCO2e) pada tahun 2030, dimana 183 juta ton atau lebih dari 50 persen di antaranya merupakan target sektor Energi Baru Terbarukan (EBT).

Target spektakuler ini dituangkan dalam peta jalan transisi energi Indonesia yang disebut National Energy Grand Strategy. Dalam roadmap menyebutkan bahwa dengan kondisi bauran energi saat ini yang masih berada pada level sekitar 9 persen, maka pada tahun 2050 akan meningkat menjadi 31 persen.

“Untuk dapat memberikan hasil yang signifikan dalam memitigasi perubahan iklim, maka dengan pola bisnis seperti saat ini, sektor Migas secara global harus mengurangi emisi setidaknya 3,5 gigaton setara karbon dioksida (GtCO2e) per tahun pada tahun 2050,” ungkap Nicke.

Baca Juga: COP26: 100 Pemimpin Dunia Sepakat Setop Deforestasi pada 2030

2. Biaya lebih rendah

Ilustrasi Pemanasan Global. (IDN Times/Aditya Pratama)

Nicke lebih lanjut menyatakan bahwa bahkan jika permintaan energi migas masih seperti kondisi normal, maka sektor Migas dapat mengurangi sebagian besar emisinya, dengan biaya lebih rendah dari rata-rata 50 dolar Amerika Serikat (AS) per ton setara karbon dioksida. Ia menjelaskan hal ini dapat dilakukan melalui intervensi pada kegiatan yang paling menghemat biaya.

Menurut Nicke, perubahan dan penyesuaian proses bisnis akan membantu perusahaan mengurangi konsumsi energi dan mendukung pengurangan emisi.

Selain itu, lanjut Nicke, Pertamina memiliki beberapa program yang merupakan Program Environmental, Social, & Governance (ESG) yang sebagian besar arahnya adalah dekarbonisasi. Pada tahun 2020 lalu, Pertamina telah memberikan kontribusi dalam penurunan emisi sebesar 27,08 persen dibandingkan dengan target nasional sebesar 26 persen.

“Pencapaian penurunan emisi tersebut antara lain diperoleh dari pemanfaatan Gas Suar di sektor hulu dan pengolahan, baik untuk bahan bakar penggunaan sendiri dan untuk pasokan gas ke pelanggan,” jelasnya.

“Pemanfaatan kembali limbah panas di hulu dan kilang serta inisiatif efisiensi energi dalam kegiatan panas bumi dan lainnya. Gasifikasi bahan bakar di hulu juga berkontribusi serta kegiatan lainnya seperti komersialisasi pelepasan CO2 ke pelanggan di hulu, optimasi proses lainnya di kegiatan panas bumi,” tambahnya.

Baca Juga: Di KTT G20, Pangeran Charles Beri Doa untuk Presiden Jokowi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya