TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ada Emiten Sentuh Rp1, BEI Cuma Mau Perusahaan Berkualitas yang IPO

BEI tetap mengedepankan kualitas perusahaan yang IPO

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman mengungkapkan pihaknya terus memastikan agar perusahaan tercatat berkualitas. BEI akan lebih selektif agar tak ada lagi perusahaan yang harga sahamnya anjlok setelah IPO, bahkan nyaris ke Rp1.

"Kalau bicara Rp1, kami sebenarnya mencari quality (perusahaan tercatat). Tapi, kami juga mempersilakan perusahaan-perusahan, UMKM untuk listing. Artinya quality, tapi tetap yang punya potensi makanya kami punya papan akselerasi, papan utama, dan pengembangan," kata Iman dalam konferensi pers virtual pasca Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), Rabu (28/6/2023).

Baca Juga: Iman Rachman Jadi Dirut BEI, Ini Susunan Lengkap Direksi Baru BEI

1. Harga saham di luar kendali bursa

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Meski mencari kualitas dari setiap perusahaan tercatat, Iman memastikan harga saham yang ada berada di luar kendali BEI. Menurut Iman, harga saham dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dari investor. BEI hanya bertindak sebagai penjaga kualitas dan keberlanjutan perusahaan tercatat.

"Jadi, memang kami berusaha menjaga. Tapi, terus terang harga bukanlah kontrol bursa. Harga terjadi karena supply and demand. Pak Nyoman (Direktur Penilaian Perusahaan) akan menjaga quality daripada emiten termasuk sustainability dari perusahaan tersebut," tutur Iman.

2. BEI banyak menolak permintaan listing perusahaan

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Atas dasar menjaga kualitas tersebut, tak heran jika kemudian BEI banyak menolak pemintaan perusahaan untuk bisa IPO. Penolakan dilakukan bukannya tanpa alasan, tetapi karena BEI selektif melihat bagaimana prospek dan kinerja perusahaan tersebut pada masa akan datang.

"Kami tegaskan, selektif. Kemungkinan untuk sukses mereka masuk menjadi perusahaan tercatat pada saat pengajuan 100 persen misalnya, itu 70 persen artinya, lalu 30 persen potensi kami tolak. Bukan karena kami mengada-ada menolak, tapi memang karena selektif," ucap Direktur Penilai Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna.

Baca Juga: BEI Bukukan Laba Bersih Rp968 Miliar Sepanjang 2022

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya