TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Erick Thohir: Punya Modal Ekonomi Penting, RI Punya Masa Depan Cerah

Erick minta masyarakat bersatu dalam keragaman

Menteri BUMN, Erick Thohir diangkat sebagai anak oleh suku bangsa Batak dalam upacara adat Mangain Anak dan Mangalahat Horbo. (dok. Kementerian BUMN)

Jakarta, IDN Times - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi cerah pada masa mendatang lantaran mempunyai modal ekonomi yang penting.

Namun, potensi tersebut bakal sia-sia jika Indonesia justru terjerumus dalam perpecahan dan malah menekan percepatan pertumbuhan ekonomi.

"Tidak mungkin perekonomian tumbuh jika Indonesia gonjang–ganjing. Padalah pertumbuhan ekonomi itulah yang menciptakan lapangan pekerjaan. Ini yang harus kita jaga," ucap Erick dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Minggu (27/11/2022).

Baca Juga: Erick Thohir Fokuskan 58 BUMN Kirim Bantuan Gempa Cianjur

1. Jadikan perbedaan sebagai kekuatan

ilustrasi ragam suku bangsa (unsplash.com/Rendy Novantino)

Oleh sebab itu, Erick mengajak seluruh komponen bangsa untuk menjadikan perbedaan suku bangsa, budaya, dan letak geografis yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau sebagai sebuah kekuatan.

“Jangan pernah bertanya siapa kita karena kita adalah campuran dari berbagai suku bangsa di Indonesia, tetapi yang harus kita tanyakan adalah, apa yang sudah diperbuat bagi bangsa kita. Kita harus membuat keberagaman ini menjadi sebuah kekuatan. Jangan selalu menjadi pertanyaan, yang terus dipertanyakan ketika kita ingin terjadi konflik,” tutur Erick.

Baca Juga: Ada Badai Ekonomi Dunia, Airlangga Pede Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen

2. Erick sebut soal Yugoslavia

Batalyon Kaos Hitam Italia di Yugoslavia pada musim semi 1941. (comandosupremo.com)

Erick kemudian menyebut Yugoslavia sebagai contoh negara yang hancur karena tidak mampu bersatu dalam perbedaan. Yugoslavia kini terpecah menjadi banyak negara lantaran tidak mampu memperkuat persatuan di dalam keragaman.

"Sebagai contoh, lihatkan Yugoslavia. Presidennya, Josip Broz Tito, adalah sahabat Presiden Pertama kita, Presiden Soekarno. Akibat banyak dorongan, akhirnya terpecah– pecah menjadi berbagai negara. Sama juga dengan Suriah yang negaranya terpecah–pecah. Itu tidak menguntungkan,” beber dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya