TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Investor Antisipasi Kebijakan The Fed, Rupiah Loyo Pagi Ini

Melemah 19 poin pada pembukaan

Mata uang Rupiah (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Kamis (30/3/2023).

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah 19 poin ke level Rp15.074,5 per dolar AS pada pembukaan perdagangan pagi ini. Hingga pukul 09.19 WIB, pelemahan rupiah sedikit menipis menjadi 9,5 poin atau 0,06 persen ke Rp15.065 per dolar AS.

Posisi rupiah pagi ini membalikkan tren positif pada penutup perdagangan Rabu (29/3) yang menguat sebanyak 29,5 poin atau 0,20 persen ke level Rp15.055,5 per dolar AS.

Baca Juga: Kekhawatiran Investor Mereda, Rupiah Tancap Gas hingga Sore

1. Pelaku pasar kini mengantisipasi kebijakan the Fed

Analis Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, menilai meredanya krisis perbankan bisa menjadi pendorong penguatan aset berisiko termasuk rupiah.

Namun, di sisi lain, perhatian pasar mungkin kembali lagi kepada kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed). Semalam data penjualan rumah tertunda AS bulan Februari menunjukkan kenaikan. Hal itu mengindikasikan ekonomi AS masih bagus dan sanggup menerima kenaikan suku bunga.

Dia menjelaskan, The Fed masih mempertimbangkan kenaikan suku bunga untuk meredam inflasi yang melebihi target dua persen.

"Pagi ini, terlihat sebagian nilai tukar Asia bergerak melemah terhadap dolar AS, mungkin mengindikasikan sentimen pelemahan untuk rupiah juga," tuturnya.

2. Rupiah masih punya peluang menguat

Analis DCFX Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah masih berpeluang menguat hari ini. Hal itu didukung oleh sentimen risk-on, di mana pelaku pasar cenderung mencari aset dengan tingkat pengembalian yang lebih tinggi dan lebih berisiko.

Terlebih, arus modal ke Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia diperkirakan masih akan terus mendukung laju rupiah.

"Namun penguatan akan terbatas oleh penguatan dolar AS dan naiknya imbal hasil obligasi AS," katanya.

Atas meredanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap krisis perbankan, maka The Fed diperkirakan akan kembali hawkish alias agresif menaikkan suku bunga acuan dan fokus pada usaha memerangi inflasi.

Baca Juga: Dear Investor, Ini Jadwal Pembagian Dividen BBRI, BMRI, BBNI, dan BBTN

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya