TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kebijakan Nol-COVID Sebabkan Ekonomi China Babak Belur

Kondisi perekonomian China mengkhawatirkan

Ilustrasi aktivitas di pabrik (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Jakarta, IDN Times - Ekonomi China mengalami tekanan pada April. Pandemik COVID-19 dan lockdown menyeret ke sektor industri dan konsumen ke level terlemah sejak awal 2020. Kondisi itu disebabkan jutaan penduduk yang terkurung di rumah mereka dan pabrik terpaksa menghentikan produksi.

Beijing bersikeras untuk tetap berpegang pada strategi 'Zero COVID' untuk menekan infeksi, meskipun transmisi Omicron yang tinggi menempatkan kota-kota pada risiko yang lebih besar.

Baca Juga: Kritik Kebijakan Nol-COVID, Komentar Bos WHO Disensor di China

1. Industri dan sektor konsumen babak belur imbas kebijakan Nol-COVID

Ilustrasi Berbelanja (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

Output industri turun 2,9 persen pada April dari tahun lalu, lebih buruk dari perkiraan median kenaikan 0,5 persen dalam survei ekonom Bloomberg. 

Penjualan ritel berkontraksi 11,1 persen pada periode tersebut, lebih lemah dari penurunan 6,6 persen yang diproyeksikan. Tingkat pengangguran naik menjadi 6,1 persen, lebih tinggi dari perkiraan 6 persen.

"Wabah COVID pada April berdampak besar pada perekonomian, tetapi dampaknya jangka pendek," kata Biro Statistik Nasional China dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Senin (16/5/2022).

“Dengan kemajuan dalam pengendalian COVID dan kebijakan untuk menstabilkan ekonomi mulai berlaku, ekonomi kemungkinan akan pulih secara bertahap," jelas Biro Statistik Nasional.

Indeks saham acuan CSI 300 China turun 0,3 persen pada pukul 10:04 waktu setempat. Yuan sedikit berubah pada 6,7917 per dolar. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun naik 1 basis poin menjadi 2,83 persen.

2. Target pertumbuhan ekonomi China 5,5 persen semakin sulit terkejar

unsplash.com/ly0ns

Guncangan ekonomi akibat kebijakan Nol-COVID menyebabkan target pertumbuhan setahun penuh ambisius China sekitar 5,5 persen lebih jauh dari jangkauan, dan membebani prospek pertumbuhan global.

Sementara investasi aset tetap meningkat 6,8 persen dalam empat bulan pertama tahun ini, sebagian besar sejalan dengan proyeksi pertumbuhan 7 persen. Hal itu kemungkinan didukung oleh dorongan pemerintah untuk memperluas belanja infrastruktur.

Baca Juga: Pemerintah Waspadai Kebijakan Nol-COVID China ke Ekonomi RI

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya