TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Mengukur Ketahanan Indonesia Bebas dari Resesi di 2023

Pertumbuhan ekonomi kemungkinan melambat

Ilustrasi Resesi. IDN Times/Arief Rahmat

Jakarta, IDN Times - Dunia menghadapi ancaman resesi di 2023. Resesi adalah kondisi perekonomian sebuah negara yang mengalami pertumbuhan negatif paling sedikit selama dua kuartal berturut-turut. Apakah Indonesia bebas resesi di 2023?

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan bahwa perekonomian dunia saat ini bergerak sangat dinamis. Indonesia perlu memperkuat fundamental ekonominya.

"Kondisi ekonomi sangat dinamis sehingga perlu penguatan fundamental ekonomi agar indonesia tidak masuk jadi pasien IMF," katanya kepada IDN Times, Selasa (18/10/2022).

Baca Juga: 6 Negara ASEAN Ini Diprediksi Selamat dari Ancaman Resesi

Baca Juga: PDIP Minta Masyarakat Gak Perlu Usah Takut Resesi Ekonomi, Kok Begitu?

1. Fundamental ekonomi Indonesia masih cukup terjaga

Ilustrasi Cadangan Devisa (IDN Times/Arief Rahmat)

Dia melihat dalam hal fundamental perekonomian Indonesia, dari sisi laju pertumbuhan ekonomi terbilang masih cukup baik sampai kuartal II-2022, yakni 5,44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Tapi, menurut Bhima, Indonesia perlu mengejar ketertinggalan. Sebab, pesaing di wilayah ASEAN seperti Vietnam dan Filipina masing-masing mencatatkan pertumbuhan 7,7 persen dan 7,4 persen pada kuartal yang sama.

"Pada saat resesi ekonomi terjadi, pelaku usaha termasuk sektor manufaktur akan mencari lokasi basis produksi di negara yang mampu berikan pertumbuhan tinggi," kata Bhima.

Lanjut Bhima, cadangan devisa Indonesia hingga September 2022 sebesar 130,8 miliar dolar AS menurutnya masih relatif tinggi meski ada koreksi.

"Tapi dibandingkan dengan PDB, maka rasio cadangan devisa sebesar 8,4 persen. Perlu didorong agar kemampuan dalam intervensi stabilitas kurs rupiah semakin baik," ujarnya.

2. Ada kemungkinan pertumbuhan ekonomi Indonesia alami perlambatan

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami perlambatan ekonomi di 2023, imbas resesi global di tahun depan. Tapi setidaknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia diyakini tidak akan sampai negatif.

"Tahu-tahu misalnya ekonomi kita negatif, ya menurut saya terlalu jauh, tapi kalau ekonomi kita turun atau melambat ya saya kira itu kemungkinan terjadi," ujarnya.

Jadi, jika diibaratkan dunia mengalami sakit parah, dalam hal ini pertumbuhan ekonominya negatif, Indonesia hanya akan sedikit melambat dan tak sampai resesi.

"Jadi istilahnya kalau kita sakit ya masih ringan lah. Tapi saya mengatakan ya potensinya terjadi penurunan pertumbuhan ya. Jadi, kita sekarang masih berhasil di atas 5 persen, kemungkinan tahun depan di bawah 5 persen atau 5 persen lah paling tinggi," sambung Tauhid.

Baca Juga: Ma'ruf Amin Ungkap Ancaman Resesi: Awan Gelap bagi Semua Negara

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya