TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Rupiah Tersungkur ke Rp15.148 per Dolar AS Sore Ini

Rupiah melemah 93 poin di penutupan perdagangan

Ilustrasi Dollar Dan Rupiah (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah babak belur dihajar dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan, Selasa (7/2/2023). Mata uang garuda mengalami pelemahan sejak pagi hingga sore ini.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah 93 poin atau 0,62 persen ke Rp15.148 per dolar AS pada penutupan perdagangan.

Pelemahan rupiah sore ini melanjutkan tren negatif pada pembukaan perdagangan yang melemah sebanyak 61,5 poin ke level Rp15.116,5 per dolar AS.

Laju rupiah juga negatif pada penutupan perdagangan Senin (6/2), yang melemah 161,5 poin atau 1,08 persen ke Rp15.055 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Masih Loyo Pagi Ini, Melemah ke Rp15.134 per Dolar AS

Baca Juga: 9 Mata Uang Eropa Terkuat yang Digunakan di Banyak Negara

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Pelemahan juga terjadi di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), di mana rupiah melemah ke Rp15.139 per dolar AS pada Selasa (7/2).

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kurs rupiah pada Senin (6/2) yang ada di level Rp15.055 per dolar AS.

Baca Juga: Federal Reserve Bank: Pengertian, Asal Usul dan Sejarahnya

2. Ekspektasi pasar menguat terhadap kenaikan suku bunga the Fed

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS menguat terhadap rupiah dipicu oleh ekspektasi para pelaku pasar yang menguat bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (the Fed) masih memerlukan kenaikan suku bunga acuan untuk menjinakkan inflasi.

Apalagi, laporan ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa nonfarm payrolls melonjak sebanyak 517 ribu pekerjaan di Januari, jauh melampaui ekspektasi ekonom dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 185 ribu.

Alhasil, tingkat suku bunga the Fed diperkirakan akan mencapai puncaknya tepat di atas 5,1 persen pada Juni, lebih tinggi dari yang diekspektasikan sebelumnya.

"Dibandingkan dengan ekspektasi kurang dari 5 persen sebelum laporan ketenagakerjaan hari Jumat," ujar Ibrahim.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya