TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sukses Angkut Penumpang, Pertamina Genjot Pengembangan Bioavtur

Penerbangan komersial perdana berjalan lancar

Boeing 737-800 melakukan uji coba terbang menggunakan Bioavtur j2.4 menuju Pelabuhan Ratu. Tangerang, Banten. Rabu (4/10). (dok. Pertamina)

Jakarta, IDN Times - Pertamina dan Garuda Indonesia telah melakukan penerbangan komersial perdana menggunakan bioavtur, dalam rute Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) - Adi Soemarmo (Surakarta).

Penerbangan menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina Sustainable Aviation Fuel (SAF) tersebut, menjadi kolaborasi badan usaha milik negara (BUMN) dalam upaya menurunkan emisi dan mendukung target net zero emission (NZE).

"Tercatat dalam sejarah Republik ini, sebagai penerbangan komersial pertama di Indonesia," kata SVP Research & Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, dalam keterangannya, Sabtu (28/10/2023).

Baca Juga: Pertamina Siapkan 80.000 Kiloliter Avtur per Hari di Bandara Kertajati

1. Pertamina terus melakukan pengembangan bioavtur

Layanan pengisian bahan bakar Avtur oleh Pertamina di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumut, Awal November 2022. Kini Pertamina tengah mengembangkan BioAvtur J2.4 atau bahan bakar pesawat terbang berbasis kelapa sawit. (IDN Times/Arifin Al Alamudi)

SAF, dijelaskan Oki, dapat diproduksi sesuai potensi sumber daya alam setempat (resource-based energy transition). Apalagi, Indonesia memiliki bahan baku berkualitas dalam minyak nabati yang melimpah.

"Untuk negara-negara dengan minyak nabati yang melimpah, rute yang dipilih adalah hydrogenation dan Isomerization, populer dengan nama HEFA, Hydrotreated Esters and Fatty Acids," jelasnya.

Apabila minyak nabati tidak tersedia, SAF juga dapat diproduksi dari alkohol, yang prosesnya disebut alcohol-to-jet (ATJ). Alkohol menjadi olefin, kemudian dipolimerisasi dan masih harus dihidrogenasi.

Sumber lain yang dapat dimanfaatkan adalah kayu yang bisa diolah menjadi alkohol, kemudian mengikuti rute ATJ. Bisa juga, kayunya diolah menjadi fase gas dengan gasifikasi. Kemudian, gas sintetis diolah menjadi hidrokarbon rantai panjang dengan fischer tropsch.

"Alhamdulillah, dengan potensi minyak nabati terbesar di bumi, Indonesia kini sudah mampu menghasilkan SAF dengan rute hidrogenasi. Selanjutnya, kami terus kembangkan isomerisasi agar kualitas SAF makin prima," tuturnya.

2. Bioavtur Pertamina sudah diinisiasi sejak 2010

Gedung Pertamina (Dok. Pertamina)

Pertamina SAF sudah diinisiasi sejak 2010, melalui Research & Technology Innovation Pertamina, ditandai dengan dilaksanakannya riset pengembangan produk dan katalis.

Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi Co-Processing dari bahan baku Refined Bleached Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO), atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.

Hal itu juga melibatkan pemangku kepentingan terkait hingga akhirnya dilakukan serangkaian uji coba pada mesin dan unit pesawat, dimulai dari cell test di fasilitas milik Garuda Maintenance Facility (GMF), ground run, flight test pada pesawat militer CN-235 milik PT Dirgantara Indonesia.

Kemudian, dilakukan uji terbang pesawat komersial milik Garuda Indonesia pada 4 Oktober 2023 pada pesawat Boeing 737-800 NG milik Garuda Indonesia.

Baca Juga: Kilang Pertamina Balikpapan Berkontribusi pada Perubahan Iklim

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya