TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Moody's Turunkan Peringkat Utang AS Jadi Negatif, Ini Sebabnya!

Imbal hasil US Treasury diproyeksi 4,5% di 2024

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Jakarta, IDN Times - Moody's menurunkan prospek peringkat kredit AS dari stabil menjadi negatif. Hal tersebut mengacu pada defisit fiskal yang besar dan penurunan keterjangkauan utang.

Dilansir dari laman resmi Moody's, kenaikan signifkan imbal hasil surat utang pemerintah AS 2023 telah meningkatkan tekanan terhadap keterjangkauan utang AS.

"Apabila tidak ada kebijakan yang diambil pemerintah (AS), Moody's memperkirakan keterjangkauan utang AS akan menurun lebih lanjut, terus-menerus dan signifikan, ke tingkat sangat lemah dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki peringkat tinggi," jelas Moody's dalam laporannya yang dikutip, Senin (13/11/2023). 

Baca Juga: Fakta-Fakta WeWork Bangkrut, Utang Menggunung

1. Kenaikan suku bunga The Fed berimbas naiknya beban utang pemerintah AS

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Kenaikan suku bunga The Fed diproyeksi turut mengerek suku bunga surat utang pemerintah AS dalam beberapa tahun ke depan. Meskipun basis pendapatan pemerintah akan meningkat sejalan dengan perekonomian yang membaik.

Namun, bila tindakan kebijakan yang spesifik untuk mengatasi (penurunan) keterjangkauan utang, maka pembayaran bunga akan meningkat.

"Moody's memperkirakan pembayaran bunga federal terhadap pendapatan dan PDB masing-masing akan meningkat menjadi sekitar 26 dan 4,5 persen pada 2033, dari posisi 2022 sebesar 9,7 serta 1,9 persen," tulis laporan tersebut.

Proyeksi ini memperhitungkan ekspektasi Moody's dengan tren suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dengan rata-rata imbal hasil Treasury 10 tahun tahunan mencapai puncaknya pada sekitar 4,5 persen pada 2024 dan pada akhirnya menetap di sekitar empat persen dalam jangka menengah.

2. Beban utang AS diproyeksi melonjak hingga 120 persen terhadap PDB

Ilustrasi Utang (IDN Times/Mardya Shakti)

Dengan begitu, Moody's memperkirakan defisit fiskal AS akan tetap besar, sehingga secara signifikan melemahkan keterjangkauan utang.

"Polarisasi politik yang terus berlanjut di Kongres AS meningkatkan risiko pemerintahan berikutnya tidak akan mampu mencapai konsensus mengenai rencana fiskal untuk memperlambat penurunan keterjangkauan utang," begitu analisis Moody's.

Jika tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, pemerintah AS akan terus mengalami defisit fiskal yang besar sekitar enam persen dari PDB dalam jangka pendek dan menjadi sekitar delapan persen pada 2033.

"Pelebaran ini didorong oleh suku bunga yang lebih tinggi. Pembayaran dan belanja hak terkait penuaan. Sebagai perbandingan, defisit rata-rata sekitar 3,5 persen PDB pada 2015-2019," jelas Moodys.

Bahkan defisit tersebut akan meningkatkan beban utang pemerintah federal AS menjadi sekitar 120 persen terhadap PDB pada tahun 2033 dari 96 persen pada tahun 2022.

"Pada gilirannya, beban utang yang lebih tinggi akan meningkatkan tagihan bunga," ucapnya.

Baca Juga: 5 Negara dengan Inflasi Rendah dan Bergaji Tinggi

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya