TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sri Mulyani Pede Paket Insentif Bisa Kerek Ekonomi Q4 Jadi 5,01 Persen

Gejolak ekonomi beri tekanan ke ekonomi RI

Dampak Paket Kebijakan ke Pertumbuhan Ekonomi. (IDN Times/Triyan Pangastuti)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimisme paket kebijakan ekonomi yang digelontorkan pemerintah dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal IV menjadi 5,01 persen (yoy), meskipun bassline yang dirancang pemerintah sebesar 5,06 persen. 

Apabila paket ekonomi tidak diberikan di sisa akhir tahun ini, serta adanya tambahan dampak ketidakpastian global, maka pertumbuhan ekonomi kuartal IV hanya mencapai 4,81 persen (yoy). 

"Dengan adanya paket ini, yang bisa berjalan di kuartal IV, kita berharap bisa menambah 0,2 persen additional growth, sehingga laju pertumbuhan ekonomi di kuartal IV bisa tetap dijaga di 5,01 persen (yoy)," jelasnya dalam Konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Senin (6/11/2023). 

Diketahui, paket kebijakan yang digelontorkan pemerintah mulai dari insentif pajak pertambahan nilai (PPN) ditanggung pemerintah (DTP) untuk sektor perumahan, bantuan langsung tunai (BLT), dan bantuan pangan. Hal ini diharapkan dapat mengerek perekonomian Tanah Air pada kuartal terakhir tahun ini. 

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94 Persen, Ini 4 Bahan Bakar Pendorongnya

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,94 Persen di Kuartal III

1. Pertumbuhan ekonomi full year diproyeksi capai 5,04 persen

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menkeu menjelaskan bahwa baseline pertumbuhan ekonomi di 2023 yang dirancang pemerintah sebesar 5,09 persen (yoy). Kendati begitu, adanya dampak ketidakpastian global kinerja ekonomi RI full year bisa melemah jadi 4,99 persen (yoy).

Namun, meluncurnya paket kebijakan yang digulirkan di kuartal IV diyakininya akan menambah nilai ekonomi 0,05 persen (yoy). "Sehingga untuk full year 2023 kita berharap perekonomian kita tetap akan terjaga di 5,04 persen," tegasnya. 

2. Gejolak ekonomi global beri tekanan ke ekonomi domestik

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Ia menjelaskan pemerintah berkomitmen akan terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang meningkat karena tensi geopolitik yang meningkat, El Nino yang mengerek naiknya harga beras, dinamika pasar keuangan global. 

Inflasi AS masih terus menanjak, kondisi ini pun direspon The Fed dengan masih mempertahankan suku bunga tinggi. Untuk saat ini suku bunga The Fed mencapai 5,25 persen-5,5 persen. 

"Imbal hasil surat utang AS naik. (Kondisi) ini juga mendorong exchange rate (dolar AS) yang cenderung menguat di Amerika Serikat. Ini semua membawa dampak tekanan yang cukup besar bagi perekonomian. Jadi kita tetap waspada dengan berbagai dinamika tersebut," tegasnya.

Gejolak global pun telah berimbas pada pelemahan ekonomi berbagai negara, di antaranya China yang masih berupaya pulih dari COVID-19, kemudian Eropa masih mengelola ekonomi domestik karena inflasinya melonjak. 

"Ekonomi China masih melemah sehingga memberikan dampak spill over atau rambatan ke dalam negeri. Eropa masih dalam situasi dimana mengelola dari domestik ekonomi dan dari sisi inflasi juga pressure karena perang Ukraina Rusia dan tidak juga mereda. Kemudian tambah risiko perang Israel-Palestina jadi ini kita waspadai," jelasnya.

Baca Juga: BLT El Nino Segera Meluncur, Sri Mulyani Rogoh Anggaran Rp7,52 Triliun

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya