TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BI Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Global Tak Sampai 3 Persen Tahun Ini

Ekonomi global diprediksi makin melemah di 2023

Ilustrasi ekspor. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi global hanya tumbuh 2,8 persen tahun ini. Gangguan rantai pasok hingga kondisi geopolitik melatarbelakangi prediksi tersebut.

"Menurut perkiraan BI, ekonomi global tahun ini masih kurang lebih sekitar 2,8 persen," kata Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Kamis (22/9/2022).

BI menjabarkan ada beberapa hal yang masih membayangi perekonomian global, yakni tingginya tekanan inflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global. BI juga melihat volume perdagangan dunia akan tetap rendah, karena disrupsi pasokan meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan tinggi.

Tekanan inflasi global pun makin tinggi seiring dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta terjadinya fenomena gelombang panas (heatwave) di beberapa negara.

Baca Juga: Ekonomi Global Loyo, Bos BI Ungkap Ancaman Resesi di Negara Maju

Baca Juga: Ngeri! BI Prediksi Inflasi di Akhir Tahun Tembus Lebih dari 6 Persen

1. Ekonomi global diprediksi makin loyo di 2023

Unsplash/Chris Li

Dengan adanya persoalan tersebut, BI memprediksi perekonomian global masih melemah hingga tahun depan, dengan angka pertumbuhan diperkirakan hanya 2,7 persen.

"Tahun depan itu kami perkirakan bisa turun menjadi 2,7 persen. Bahkan ada beberapa risiko ke 2,6 persen," kata Perry.

Baca Juga: OJK Ungkap 2 Biang Kerok Mandeknya Perekonomian Global

2. Perekonomian negara-negara maju makin melemah

Ilustrasi London Bridge, London, Inggris (IDN Times/Anata)

Perry mengatakan, kondisi perekonomian global terlihat di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China.

"Amerika tahun ini memang masih bisa tumbuh sekitar 2,1 persen. Tapi tahun depan adalah 1,5 persen. Eropa tahun ini 2,1 persen, tahun depan lebih rendah lagi menjadi 1,2 persen. Sementara China tahun ini 3,2 persen, tahun depan 4,6 persen," kata dia.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya