TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Profil JD.ID, 7 Tahun Eksis di RI hingga Akhirnya Gulung Tikar

JD.ID resmi tutup operasi pada 31 Maret 2023

ilustrasi JD.ID (jd.id/news)

Jakarta, IDN Times - Platform belanja online atau e-commerce JD.ID akan berhenti menerima pesanan pada 15 Februari 2023, dan akan menutup seluruh operasinya di Indonesia pada 31 Maret 2023 mendatang. JD.ID telah menjadi salah satu platform pilihan belanja online masyarakat Indonesia selama 7 tahun.

JD.ID adalah platform e-commerce di bawah PT Jingdong Indonesia Pertama. Induk dari JD.ID sendiri adalah perusahaan ritel raksasa dari China, yakni JD.com.

JD.com didirikan oleh Liu Qiangdong alias Richard Liu, pria kelahiran 10 Maret 1973 yang berasal dari sebuah desa kecil di luar Kota Suqian, China.

Baca Juga: JD.ID Resmi Umumkan Tutup Total Mulai 31 Maret 2023

Baca Juga: Tutup JD.ID, Bos JD.com Marah Direksi Jago Power Point Doang

1. JD.ID hadir di Indonesia pada 2015

Logo JD.ID. (Twitter @JDid)

JD.com sendiri telah berdiri sejak tahun 2004 sebagai toko serba ada yang melayani transaksi online. Kemudian, pada November 2015, JD.com mengepakkan sayapnya di Indonesia dengan membuka JD.ID.

Berdasarkan informasi dari situs resmi JD.ID, Selasa (31/1/2023), JD.ID awalnya hanya menjual 10 ribu jenis produk di platformnya. Angka itu terus berkembang pesat hingga 100 ribu stock keeping unit (SKU) pada akhir 2016.

Selain melayani transaksi online, JD.ID juga memiliki unit usaha logistik dengan menyediakan jasa pengiriman yang menjangkau 365 kota di Indonesia.

Hingga kuartal II-2022, data iPrice menunjukkan JD.ID termasuk dalam daftar 10 e-commerce dengan jumlah pengunjung terbanyak di Indonesia. JD.ID menduduki peringkat ke-8 dengan 2,3 juta pengunjung.

2. Pernah jadi salah satu e-commerce paling dikeluhkan konsumen

ilustrasi e-commerce (IDN Times/Aditya Pratama)

Pada 2020, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) melaporkan JD.ID menjadi salah satu e-commerce paling banyak dikeluhkan konsumen. Dengan tingkat yang sama dengan Bukalapak, JD.ID dikeluhkan sebanyak 17,6 persen pelapor.

YLKI menerima 1.871 pengaduan konsumen sepanjang 2019. Pengaduan terbagi menjadi dua, yakni individual (563 pengaduan) dan kelompok (1.308 pengaduan).

Rata-rata pengaduan terkait e-commerce adalah konsumen sulit komplain karena berkomunikasi dengan mesin. Menurut YLKI, seharusnya perusahaan tetap membuka layanan pengaduan dengan interaksi manusia, meski mesin adalah bentuk dari efektivitas dari teknologi digital. 

Meski demikian, pihak JD.ID membantah hal tersebut saat itu. Mereka mengatakan penanganan yang diterapkan untuk komplain dari seluruh konsumen murni dilakukan oleh team customer service JD.ID yang tersedia 24 jam.

Proses pembatalan order akan dibantu pihak finance dengan estimasi 2x24 jam. Konsumen juga bisa mengajukan klaim purnajual apabila memiliki masalah dengan barang yang diterima.

Baca Juga: Sudah Diterpa PHK, JD.ID Kini Tutup Logistik

3. JD.ID buka gerai offline di Indonesia

Ilustrasi gerai offline JD.ID di AEON Mall (www.jd.id)

Di tengah pandemik COVID-19, JD.ID melakukan gebrakan yang turut menjadi sorotan. Platform tersebut mendirikan empat gerai offline di berbagai wilayah untuk pengembangan strategi bisnis O2O (online to offline).

Sepanjang 2021, JD.ID mendirikan gerai ritel offline Wellio di Citywalk Sudirman (Maret 2021), Kota Kasablanka (November 2021), dan Hublife Taman Anggrek (Desember 2021).

Selain itu, pada September 2021, JD.ID juga membuka toko elektronik offline di AEON Mall Sentul City, Jawa Barat. Kemudian, pada April 2022, JD.ID juga membuka gerai offline Wellio di Cibinong City Mall, Bogor.

Meski begitu, belum ada informasi resmi mengenai operasional Wellio di Indonesia. Akun resmi Wellio, @welliobyjdid di Instagram pun terakhir mengunggah konten pada 22 Agustus 2022.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya