Ekonomi Malaysia Lesu akibat Kurangnya Tenaga Kerja Indonesia
Bangladesh juga gak mau kirim banyak pekerja ke Malaysia
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Perusahaan Malaysia di sektor perkebunan kelapa sawit hingga bahan semikonduktor terpaksa harus menolak banyak pesanan dan membatalkan banyak penjualan, akibat kurangnya pasokan tenaga kerja migran di negara tersebut.
Pencabutan kebijakan lockdown untuk perekrutan pekerja migran di awal Februrari lalu juga dikabarkan tidak cukup membantu untuk memulihkan krisis tersebut. Itu karena lambatnya persetujuan yang diberikan oleh Indonesia dan Bangladesh, selaku pemasok tenaga kerja terbesarnya.
"Meskipun optimisme yang lebih besar dalam prospek dan peningkatan penjualan, beberapa perusahaan sangat terhambat dalam kemampuan mereka untuk memenuhi pesanan," kata Soh Thian Lai, presiden Federasi Produsen Malaysia, dilansir Reuters, Senin (13/6/2022).
Baca Juga: Malaysia Butuh 70 Ribu Pekerja Migran dari NTB
1. Malaysia bergantung pada tenaga kerja migran
Negara Jiran selama ini bergantung pada tenaga kerja migran untuk pekerjaan di sektor pabrik, perkebunan, dan jasa. Sebab, pekerjaan tersebut dijauhi oleh penduduk setempat karena dianggap kotor, berbahaya, dan sulit.
Malaysia kekurangan setidaknya 1,2 juta pekerja di bidang manufaktur, perkebunan, dan konstruksi. Krisis pekerja semakin parah imbas ekonomi yang semakin pulih dengan situasi permintaan yang meningkat pascapandemik.
Di bidang industri kelapa sawit, sebanyak 120 ribu pekerja sangat dibutuhkan di tengah memuncaknya penanaman komoditas tersebut. Carl Bek Nielsen, direktur eksekutif penanam kelapa sawit United Plantations, mengatakan situasinya sangat mengerikan.
"Situasinya mengerikan dan sangat mirip kondisinya dalam memainkan permainan sepak bola melawan 11 orang, tetapi hanya diizinkan memainkan tujuh orang," katanya.
Industri minyak kelapa sawit menyumbang 5 persen bagi perekonomian Malaysia. Sebanyak 3 juta ton panen tahun ini terancam tidak laku terjual, karena buah busuk dan tidak dipetik, yang berarti kerugian lebih dari 4 miliar dollar AS.
Sementara itu, di sektor konstruksi dibutuhkan tenaga kerja sekitar 550 ribu orang. Pabrik pembuat chip, perangkat keras untuk bahan elektronik, juga kekurangan 15 ribu pekerja, yang menghambat penjualan dan berdampak pada kekurangan pasokan chip global.
“Pembuat chip menolak pelanggan, penduduk setempat tidak tertarik bekerja di industri ini dan banyak yang akan cuti dalam waktu kurang dari setengah tahun,” kata Wong Siew Hai, presiden Asosiasi Industri Semikonduktor Malaysia.
Industri sarung tangan karet juga memperkirakan 700 juta dollar AS pendapatan hilang tahun ini jika kekurangan tenaga kerja terus berlanjut. Indeks Manajer Pembelian manufaktur Malaysia turun menjadi 50,1 pada Mei dari 51,6 pada April, dan dinyatakan hampir tidak berekspansi.
Baca Juga: Mendag Lutfi Dapat Banyak Pujian dari Warganet Malaysia, Ada Apa?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.