Perangkat lunak North Star milik Anadyr Horizon dirancang untuk mensimulasikan perilaku para pemimpin dunia dalam berbagai skenario, termasuk reaksi terhadap sanksi ekonomi. Sistem ini memanfaatkan kembaran digital yang dapat meniru kepribadian pemimpin, bahkan memperhitungkan faktor seperti kurang tidur, guna meramalkan potensi konflik.
Business Insider melaporkan, Bell berharap kemampuan prediktif North Star dapat membantu diplomat dan politisi mengambil keputusan lebih baik saat menghadapi konflik dan mencegah perang. Nama Anadyr sendiri diambil dari kode operasi Uni Soviet saat penempatan rudal ke Kuba tahun 1962, yang kini mereka klaim “direbut kembali” untuk tujuan pencegahan.
Dalam ajang AI+ Expo di Washington, Bell yang juga mantan profesor Harvard, memamerkan North Star bersama fisikawan pemenang Hadiah Nobel Ferenc Dalnoki-Veress.
Dilansir dari Economic Times, AI tersebut pernah digunakan untuk memodelkan potensi dampak zona larang terbang di Ukraina, memperkirakan peluang 60 persen terjadinya eskalasi oleh Rusia. Simulasi serupa kini disebut dapat diterapkan untuk memantau konflik Israel-Iran agar kekerasan bisa dicegah lebih awal.