Seorang anggota staf berjalan melewati sebuah sketsa Presiden China Xi Jinping memakai masker pelindung (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)
Menurut laporan, ada sejumlah faktor yang mendorong pertumbuhan ini. Salah satunya yaitu peningkatan output industri untuk Maret, yang naik 14,1 persen dibandingkan tahun lalu, sementara penjualan ritel tumbuh 34,2 persen.
“Secara menjanjikan, indikator bulanan menunjukkan bahwa produksi industri, konsumsi dan investasi semua naik pada bulan Maret secara berurutan, setelah pelemahan dalam dua bulan pertama,” kata Louis Kuijs, kepala ekonomi Asia di firma penelitian dan konsultasi Oxford Economics.
Namun, beberapa analis memperkirakan sejumlah sektor akan melambat seiring dengan berkurangnya dukungan fiskal dan moneter pemerintah.
Yue Su, ekonom utama Economist Intelligence Unit untuk Tiongkok, mengatakan meski angka terbaru menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi negara itu berbasis luas, beberapa produksi dan aktivitas ekspor bisa lebih lambat ke depan.
“Kinerja perdagangan dan aktivitas industri dalam negeri selama sisa tahun mungkin tidak mampu mempertahankan momentum yang kuat tersebut, karena belum adanya langkah-langkah untuk mendorong perekonomian domestik,” ujarnya.
Tiongkok telah menetapkan target pertumbuhan ekonomi 6 persen untuk 2021, setelah membatalkan targetnya tahun lalu.