Apindo: Dunia Usaha Berada di Bawah Tekanan Ganda

Intinya sih...
- Apindo mengakui tekanan ganda terhadap dunia usaha dari sisi eksternal dan domestik.
- Dibutuhkan langkah luar biasa terintegrasi seperti subsidi bunga, insentif pajak, relaksasi kredit, dan dukungan likuiditas untuk industri padat karya.
Jakarta, IDN Times – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengakui kondisi dunia usaha yang saat ini berada di bawah tekanan ganda, baik dari sisi eksternal maupun domestik.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani mengatakan, ketidakpastian tarif dagang global serta menguatnya kebijakan proteksionisme internasional telah memberikan dampak signifikan terhadap sektor industri dalam negeri.
Di sisi lain, indikasi penurunan konsumsi rumah tangga turut memperburuk tantangan yang dihadapi dunia usaha nasional.
"Ini adalah fase yang cukup berat bagi sektor riil, terutama industri manufaktur padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja," kata Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, kepada IDN Times, Kamis (22/5/2025).
1. Kebijakan selama pandemik masih relevan untuk diterapkan saat ini
Apindo menilai, diperlukan langkah-langkah luar biasa yang bersifat terintegrasi. Pengalaman pemerintah dalam merespons krisis ekonomi selama pandemik COVID-19 dinilai bisa menjadi acuan.
"Beberapa pendekatan yang bisa dioptimalkan, saya rasa masih relevan, seperti subsidi bunga, insentif pajak, relaksasi kredit, dan dukungan likuiditas untuk sektor yang paling terdampak," ujar Shinta.
2. Dukungan pemerintah perlu diarahkan ke sektor padat karya
Menurut Shinta, fokus dukungan kali ini perlu diarahkan kepada industri padat karya, khususnya yang berorientasi ekspor. Langkah ini penting untuk memperkuat daya saing global, menarik investasi yang mampu menciptakan lapangan kerja secara masif, serta menjaga ketahanan industri nasional di tengah tekanan global.
Dengan demikian, Apindo berharap pemerintah dapat segera menyusun kebijakan stimulus yang menyasar sektor strategis, guna menjaga stabilitas ekonomi dan melindungi keberlangsungan usaha yang berkontribusi besar terhadap penyerapan tenaga kerja.
3. Dunia usaha tunda ekspansi
Shinta Kamdani mengatakan, penurunan permintaan pasar, kenaikan biaya produksi, serta ketidakpastian global yang belum mereda menjadi faktor utama di balik sikap wait and see para pelaku usaha. Dalam situasi seperti ini, perusahaan-perusahaan cenderung fokus pada efisiensi dan menjaga cadangan kas agar tetap likuid.
"Ketidakpastian global juga turut membuat pelaku usaha cenderung wait and see, sehingga cash reserve perusahaan dijaga sangat hati-hati," ucap Shinta.