Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
AS Izinkan Nvidia Kirim Chip AI H200 ke China dengan Syarat
Ilustrasi nvidia (freepik.com/UMA media)

Intinya sih...

  • AS buka pintu ekspor terbatas untuk chip AI: Langkah ini menandai perubahan kebijakan signifikan setelah pembatasan ekspor chip ke China yang diberlakukan sejak pemerintahan sebelumnya. Hanya pelanggan yang disetujui yang dapat menerima chip tersebut dengan pengawasan ketat.

  • Respons yang positif dari China: Presiden China, Xi Jinping, merespons positif terhadap usulan tersebut. Sambutan baik dari Xi mengindikasikan kemungkinan adanya kerja sama teknologi yang lebih terbuka antara kedua negara.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan pemerintahnya akan mengizinkan perusahaan teknologi Nvidia mengirim chip akal imitasi (AI) seri H200 ke China dan beberapa negara lain. Keputusan ini dilakukan dengan ketentuan AS akan menerima potongan keuntungan sebesar 25 persen dari penjualan tersebut.

Trump menyampaikan keputusan ini melalui platform media sosialnya, Truth Social. Dia menyebut Presiden China, Xi Jinping, telah memberikan tanggapan positif terhadap rencana kerja sama tersebut.

1. AS buka pintu ekspor terbatas untuk chip AI

Langkah ini menandai perubahan kebijakan signifikan setelah pembatasan ekspor chip ke China yang diberlakukan sejak pemerintahan sebelumnya. Washington sebelumnya menahan izin ekspor chip AI canggih seperti H100 dan H200 dengan alasan keamanan nasional.

Kini, pemerintahan Trump membuka ruang ekspor terbatas dengan pengawasan ketat. Trump menjelaskan, hanya pelanggan yang disetujui yang dapat menerima chip tersebut.

“NVIDIA akan diizinkan mengirim chip H200 ke pelanggan yang disetujui di China dan tempat lain. Kami akan mendapatkan bagian 25 persen dari keuntungan tersebut,” kata Trump di Truth Social, dilansir The Wall Street Journal.

Keputusan ini juga disebut sebagai upaya menjaga posisi AS tetap dominan di industri AI sambil tetap memperoleh manfaat ekonomi dari hubungan perdagangan teknologi dengan China.

2. Respons yang positif dari China

Presiden China, Xi Jinping, dilaporkan menyambut baik proposal tersebut.

“Xi Jinping merespons positif terhadap usulan tersebut,” ujar Trump, dilansir The Guardian.

Sambutan baik dari Xi mengindikasikan kemungkinan adanya kerja sama teknologi yang lebih terbuka antara kedua negara, setelah bertahun-tahun ketegangan perdagangan dan teknologi.

Analis teknologi di Asia menilai kebijakan baru Trump menunjukkan kompromi antara kepentingan ekonomi dan keamanan nasional.

“Langkah ini bisa membuka ruang negosiasi baru dalam perang chip AS-China tanpa mengorbankan keamanan,” ujar Profesor Paul Triolo, pakar teknologi dari perusahaan konsultan Albright Stonebridge Group, dilansir CNN.

3. Nvidia mendapatkan peluang besar untuk memperluas pasar mereka

Nvidia, yang merupakan produsen chip AI terbesar di dunia, sejak lama terjebak dalam ketegangan antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS melarang ekspor chip H100 dan H200 ke China karena dikhawatirkan dapat digunakan untuk tujuan militer. Keputusan terbaru ini memberi perusahaan peluang besar untuk memperluas pasar mereka kembali.

“Kami akan mematuhi semua peraturan pemerintah AS dan bekerja sama dengan lembaga terkait untuk memastikan ekspor dilakukan secara aman,” ujar juru bicara Nvidia.

Langkah ini juga berpotensi memperkuat pendapatan Nvidia secara global. Pada tahun lalu, lebih dari 20 persen pendapatan perusahaan berasal dari pasar Asia, dengan China menjadi salah satu pasar paling strategis untuk produk-produk AI-nya. Meski demikian, para pengamat memperingatkan agar AS berhati-hati agar kebijakan baru ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan teknologi militer China.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team