NVIDIA Nilai Kekhawatiran Bubble AI Terlalu Dibesar-besarkan

Jakarta, IDN Times – NVIDIA nilai kekhawatiran bubble AI terlalu dibesar-besarkan. Mereka menegaskan bahwa kekhawatiran pasar mengenai potensi bubble akal imitasi (AI) belum mencerminkan kondisi industri saat ini. Pernyataan tersebut disampaikan setelah perusahaan melaporkan kinerja kuartalan yang kembali melampaui ekspektasi analis.
Dalam laporan terbarunya, NVIDIA mencatat lonjakan pendapatan dan laba lebih dari 60 persen secara tahunan. Meski begitu, tanggapan pasar masih moderat, karena sebagian investor belum yakin bahwa investasi besar-besaran pada infrastruktur AI dapat dipertahankan. Berikut informasi lengkapnya mengenai penilaian NVIDIA terhadap bubble AI.
1. NVIDIA klaim pertumbuhan AI masih solid dan jauh dari bubble

CEO NVIDIA Jensen Huang mengatakan pendapatan perusahaan berada pada level yang sangat kuat, seraya memproyeksikan pendapatan kuartal IV sekitar 65 miliar dolar AS. Ia menilai kekhawatiran tentang bubble AI tidak sesuai dengan kondisi yang dilihat perusahaan saat ini.
“Ada banyak pembicaraan tentang bubble AI. Dari sudut pandang kami, kami melihat sesuatu yang sangat berbeda,” ujar Huang, dilansir CNN.
CFO NVIDIA, Colette Kress, juga menilai permintaan AI terus menguat. Ia mengatakan bahwa kebutuhan infrastruktur AI global dapat mencapai 3–4 triliun dolar AS per tahun pada akhir dekade, dan permintaan tersebut “terus melampaui ekspektasi kami.”
2. Investasi besar perusahaan teknologi dinilai mendukung tren AI

Dalam pemaparannya, Kress menyoroti laporan keuangan sejumlah mitra NVIDIA. Ia mengatakan rekomendasi AI di Meta meningkatkan “lebih banyak waktu yang dihabiskan pada aplikasi seperti Facebook dan Threads.”
Ia juga menyebutkan bahwa Anthropic memperkirakan pendapatan tahunan mencapai 7 miliar dolar AS pada tahun ini, sementara tim engineering Salesforce disebut menjadi “30 persen lebih efisien” setelah menggunakan AI untuk proses pengkodean.
Huang menambahkan bahwa adopsi GPU NVIDIA juga didorong oleh pergeseran komputasi cloud tradisional menjadi komputasi berbasis AI. Menurutnya, dunia telah berinvestasi besar pada perangkat lunak non-AI, sehingga infrastruktur yang menopang layanan tersebut kini bergeser dari CPU ke GPU.
3. Meski pendapatan kuat, pasar masih mempertanyakan keberlanjutan investasi

Selain NVIDIA nilai kekhawatiran bubble AI terlalu dibesar-besarkan, dilansir Yahoo Finance, sejumlah analis Wall Street menilai pasar AI masih berada dalam fase awal pertumbuhan. Salah satunya analis Wedbush, Dan Ives, yang menilai bahwa, “Revolusi AI BUKAN sebuah bubble… melainkan tahun ke-3 dari pembangunan selama 10 tahun.”
Namun demikian, sebagian investor masih ragu apakah perusahaan teknologi akan mempertahankan pengeluaran besar untuk infrastruktur AI, terutama karena NVIDIA memiliki beberapa pelanggan besar yang belum menghasilkan keuntungan, seperti OpenAI dan Anthropic.
Pernyataan CFO OpenAI yang sempat meminta dukungan pemerintah untuk menjamin pembiayaan pembangunan infrastruktur AI turut memicu kekhawatiran bahwa beberapa pemain mungkin tidak mampu memenuhi kebutuhan modal mereka.
Daniel Morgan, Senior Portfolio Manager di Synovus Trust Company, menilai pertanyaan mengenai keberlanjutan belanja modal perusahaan teknologi dan struktur pendanaan NVIDIA belum terjawab dalam laporan kali ini. Menurutnya, persoalan tersebut hanya tertunda ke kuartal berikutnya.


















