Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018). Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengapresiasi langkah Bank Indonesia (BI) yang berupaya menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Perry meyakini, berbagai kinerja positif tersebut diperkirakan berlanjut sehingga NPI 2023 akan mencatat surplus, dengan transaksi berjalan dalam kisaran surplus 0,4 persen sampai dengan defisit 0,4 persen dari PDB.
Sementara itu, neraca transaksi modal dan finansial (TMF) diperkirakan akan mencatat surplus. Itu didukung oleh aliran masuk modal asing dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan investasi portofolio.
Lebih lanjut, pergerakan nilai tukar rupiah hingga 24 Mei 2023 menguat 0,63 persen secara point to point (ptp), dibandingkan dengan level akhir kuartal I 2023. Kondisi ini, didorong kuatnya aliran masuk modal asing (net inflow) di investasi portofolio.
"Secara year to date, nilai tukar rupiah juga menguat 4,48 persen dari level akhir Desember 2022, lebih baik dibandingkan dengan apresiasi Thailand sebesar 0,20 persen dan India sebesar 0,08 persen, serta Filipina yang terdepresiasi sebesar 0,10 persen," ungkapnya.
Dengan demikian, Bank Indonesia memastikan akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah melalui triple intervention dan twist operation. Kebijakan ini untuk mengendalikan inflasi barang impor(imported inflation) dan memitigasi risiko rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
"Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan apresiasi rupiah berlanjut ditopang oleh surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing. Sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," tegasnya.