Mantan Presiden AS Donald Trump saat melakukan reli kampanye di Bandara Muskegon di Muskegon, Michigan, Amerika Serikat, Sabtu (17/10/2020) (ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Barria)
Meskipun ada perbedaan besar antara kedua negara dalam berbagai masalah, analis perdagangan Tiongkok mengatakan bahwa masalah yang paling mendesak untuk ditangani oleh kedua belah pihak adalah tarif hukuman yang telah diterapkan kedua pihak. Ia juga menyerukan upaya untuk secara bertahap menurunkan atau menghapus tarif yang dikenakan selama tiga tahun terakhir.
“Tarif adalah masalah terbesar dan paling langsung yang dihadapi hubungan China-AS, dan langkah-langkah khusus diperlukan untuk secara bertahap mengurangi atau menghapus tarif hukuman yang telah dikenakan selama tiga tahun terakhir,” kata Tu Xinquan, dekan Institut China untuk Studi WTO di Universitas Bisnis dan Ekonomi Internasional di Beijing, kepada Global Times, Kamis.
AS-Tiongkok telah terlibat perang tarif di era pemerintahan mantan Presiden Donald Trump. Di bawah pemerintahan Trump, AS menjatuhkan tarif senilai 50 miliar dolar AS pada impor Tiongkok pada April 2018. Selama dua tahun berikutnya, perang tarif meluas hingga mencapai lebih dari 370 miliar dolar AS dalam impor AS dari Tiongkok. Tindakan ini menyebabkan peningkatan tarif rata-rata AS untuk barang-barang Tiongkok menjadi 19,3 persen dari 3,1 persen.
Menurut Tu, kampanye proteksionis perdagangan sepihak itu telah mendatangkan malapetaka pada perdagangan bilateral dan lanskap perdagangan global. Setelah perang dagang tiga tahun dengan Tiongkok, total perdagangan AS turun sebesar 50 miliar dolar AS, sementara defisit perdagangannya membengkak sebesar 200 miliar dolar AS.