Lebih lanjut, data penjualan barang tahan lama (durable goods orders) di AS yang menunjukkan pertumbuhan lebih tinggi dari estimasi analis menjadi salah satu pendorong utama penguatan dolar.
Sentimen pasar juga terdorong oleh pernyataan mantan Presiden AS Donald Trump yang optimistis terhadap kelanjutan negosiasi tarif antara AS dan Uni Eropa.
Kombinasi data ekonomi yang solid dan harapan meredanya ketegangan dagang mengangkat permintaan terhadap aset berbasis dolar, menekan mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.
"Rupiah kemungkinan bergerak dalam range konsolidasi dengan kecenderungan melemah di kisaran Rp16.200–Rp16.350 per dolar AS hari ini," kata seorang analis pasar uang," tegasnya.