Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20250912-WA0007.jpg
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo (dok. Peruri)

Intinya sih...

  • Peruri dan Xynexis International bekerja sama memperkuat kontribusi dalam membangun ekosistem teknologi dan keamanan digital di Indonesia.

  • Kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar kedaulatan digital Indonesia tetap terjaga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo menekankan pentingnya membangun ekosistem digital yang tangguh. Hal itu seiring dengan perkembangan pesat transformasi digital di Indonesia.

Di tengah kondisi tersebut, segala bentuk ancaman di dunia digital terus mengintai 220 juta masyarakat Indonesia yang telah terhubung ke internet.

“Indonesia adalah salah satu komunitas digital terbesar di dunia dengan nilai ekonomi digital yang diproyeksikan mencapai 109 miliar dolar AS pada 2025. Namun, di balik potensi itu, kita menghadapi ancaman serius seperti serangan siber yang menargetkan sektor strategis. Kita harus lebih siap menghadapi tantangan ini bersama-sama,” ujar pria yang karib disapa Tiko tersebut dalam acara Digital Resilience Summit 2025 yang digelar oleh Peruri, dikutip Jumat (12/9/2025).

1. Kolaborasi BUMN dan swasta bangun ekosistem digital tangguh

Direktur Utama Peruri, Dwina Septiani Wijaya (dok. Peruri)

Sementara itu, Direktur Utama Peruri, Dwina Septiani Wijaya menegaskan Digital Resilience Summit 2025 menjadi wadah strategis bagi Peruri untuk memperkuat kontribusi dalam membangun ekosistem teknologi dan keamanan digital di Indonesia.

"Di era disrupsi yang penuh risiko, kolaborasi lintas sektor menjadi kunci agar kedaulatan digital Indonesia tetap terjaga,” kata Dwina.

Gelaran Digital Resilience Summit 2025 dilakukan Peruri dengan menggandeng Xynexis International, sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bisnis keamanan siber.

CEO Xynexis International, Eva Noor menambahkan, topik besar seperti keamanan siber, akal imitasi (artificial intelligence/AI), quantum computing, dan privasi data harus dikerjakan secara terintegrasi.

“Forum ini menjadi ruang bersama bagi pemerintah, industri, dan akademisi untuk mencari solusi konkret agar Indonesia benar-benar siap menghadapi masa depan digital,” ujar dia.

2. Semua harus siap dengan perubahan teknologi

Ilustrasi Artificial Intelligence atau AI (Freepik/Rawpixel)

Hari pertama Digital Resilience Summit 2025 pada 10 September 2025 menghadirkan empat panel strategis yang membahas cybersecurity, AI & quantum readiness, regulasi & kebijakan, serta inovasi ekosistem digital. Sementara pada hari kedua 11 September 2025, difokuskan pada masterclass yang membahas integrasi teknologi mutakhir dengan tata kelola keamanan digital.

“Kalau kita melihat sebenarnya ancaman AI dan kuantum itu kan terjadi setiap hari, tapi dengan perubahan teknologi kita harus ready," ujar Direktur Digital Business Peruri, Farah Fitria Rahmayanti

Farah pun menekankan masterclass ini digelar untuk memperkuat pemahaman semua pihak dalam menghadapi risiko digital seperti serangan siber dan deepfake. Dia menyebut jika tidak siap maka apa yang sudah dibangun akan mudah diserang.

“Dengan ini makanya kita buat masterclass untuk memastikan kita bisa mengintegrasikan cyber security, AI, dan kuantum teknologi agar data privacy tetap terjaga,” ujar Farah.

3. Peran regulator

Ilustrasi orang menggunakan teknologi AI (pexels.com/Ron Lach)

Farah juga menyampaikan pentingnya peran regulator dalam menetapkan standar tata kelola dan etika penggunaan teknologi. Dia mengingatkan teknologi selalu punya dua sisi, ancaman sekaligus peluang.

"Regulator perlu menetapkan standar-standar bagaimana governance dan etika bisa dilaksanakan,” kata dia.

Editorial Team