Presiden Jokowi meresmikan Pembangkitan Listrik Tenaga Surya ( PLTS) Terapung Cirata di Purwakarta, Jawa Barat (Youtube.com/Sekretariat Presiden)
Arifin menuturkan, untuk mencapai target bauran energi baru terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, diperlukan langkah-langkah strategis.
Salah satunya adalah pelaksanaan pembangunan EBT yang sudah direncanakan dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Targetnya untuk memiliki tambahan pemasangan kapasitas EBT sebesar 10,6 gigawatt pada 2025.
Kedua, implementasi program PLTS Atap. Maksudnya adalah mendorong pemasangan panel surya di atap bangunan, yang diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas EBT. Namun, implementasinya perlu disesuaikan dengan kemampuan masyarakat dan PLN.
Ketiga, konversi pembangkit ke EBT. Tujuan tersebut mencakup program untuk mengubah pembangkit energi konvensional menjadi menggunakan sumber energi terbarukan.
Keempat, program mandatori B35. Itu merujuk pada program yang menargetkan penggunaan campuran 35 persen biodiesel dalam bahan bakar pada 2025 sebesar 13,9 juta kiloliter.
Kelima, intensifikasi program co-firing. Itu adalah upaya untuk meningkatkan penggunaan campuran biomassa dalam pembangkit listrik guna mengurangi emisi.
Keenam, akses energi di lokasi 3T, yakni menyediakan akses energi melalui EBT di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar.
Ketujuh, eksplorasi panas bumi alias mencari cara untuk mengoptimalkan potensi energi panas bumi sesuai dengan rencana dan program yang telah ditetapkan.
Kedelapan, pemanfaatan EBT Off-Grid dengan mengidentifikasi dan mengimplementasikan penggunaan energi terbarukan di lokasi yang tidak terhubung dengan jaringan listrik utama.