Ilustrasi - SPBU Pertamina (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Menurut Direktur Executive Energy Watch, Mamit Setiawan kebijakan pembatasan pembelian BBM subsidi pasti akan berdampak pada perekonomian. Hal itu kemungkinan membuat pemerintah bimbang dalam memutuskan.
Bayangkan saja, jika biasanya kalangan tertentu membeli Pertalite seharga Rp10 ribu per liter kemudian diharuskan membeli BBM minimal jenis Pertamax seharga Rp14.500, beban pengeluarannya pasti akan bertambah.
"Saya kira pemerintah galau ya dan masih bimbang karena pembatasan ini pasti berdampak terhadap perekonomian nasional juga," ujarnya kepada IDN Times belum lama ini.
Menyikapi inisiatif yang dilakukan Pertamina, Mamit menilai itu bak dua sisi mata uang. Di satu sisi Pertamina bertindak tanpa regulasi, tapi di sisi lain upaya yang mereka lakukan dapat mencegah stok BBM habis dalam waktu dekat.
Untuk itu, menurutnya revisi Perpres 191/2014 sudah mendesak untuk segera diberlakukan. Jika tidak, jebolnya kuota BBM subsidi alias over kuota akan terus menjadi masalah berulang dari tahun ke tahun.
"Nanti kejadian sama terulang kembali pada tahun 2023 jika tidak ada pembatasan, tidak ada kepastian, ya tahun depan akan ada over kuota lagi, selalu berulang. Jadi saya kira perlu ada pembatasan," tambahnya.