Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi resesi (IDN Times/Esti Suryani)

Jakarta, IDN Times - Kepala Departemen Regional BI, Dwi Pranoto menyampaikan prospek ekonomi Indonesia tahun ini memiliki nuansa optimis, berdaya tahan dengan inflasi yang terus menurun. Kendati begitu ekonomi domestik masih dihadapkan pada tantangan dari sisi ketidakpastian global.

Hal ini disampaikannya dalam agenda fit and proper test bersama Komisi XI, Senin (13/2/2023).

"Ketahanan sistem keuangan nasional tetap kuat, tahun 2023 prospek pertumbuhan ekonomi bernuansa optimis. Tapi catatanya harus tetap waspada karena akan ada tiga tantangan yang dihadapi"pungkasnya.

1. Tiga tantangan perekonomian

Kepala Departemen Regional sekaligus Asisten Gubernur BI, Dwi Pranoto (bi.go.id)

Dwi menjelaskan dalam jangka pendek, risiko ketidakpastian ekonomi global yang masih akan tinggi menjadi tantangan pertama. Kedua sisi struktur ekonomi Indonesia di masa transisi perlu masih diperkuat. Tantangan yang ketiga dalam jangka menengah  memperkuat ekonomi dan keuangan hijau atau green economy.

"Kami memandang tiga tantangan dapat kami sikapi dan manfaatkan peluangnya sehingga ekonomi Indonesia bisa makin berdaya tahan tumbuh tinggi dan berkelanjutan," ujarnya.

2. Sumber pertumbuhan ekonomi baru

Ilustrasi digitalisasi UMKM (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Lebih lanjut, dia juga menyebut perkembangan teknologi digital semakin pesat serta keberadaan UMKM go digital go global, syariah dan hijau. Hal ini dinilai Dwi menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru yang inklsuif dan berkelanjutan.

Namun untuk mengoptimalkannya, kata dia, membutuhkan sinergi kuat antar seluruh stakeholder.

3. Kolaborasi dan sinergi ampuh tangkal Gejolak

Ilustrasi Bank Indonesia. (IDN Times/Aditya Pratama)

Dwi mengatakan upaya sinergi dan inovasi bauran kebijakan ekonomi nasional terbukti mampu jadi bantalan gejolak ekonomi, sekaligus menjadi akseletaror pemulihan ekonomi selama 3 tahun terakhir.

"Kompleksitas permasalahan perekonomian menyiratkan bahwa kebijakan pengelolaan makroekonomi tidak dapat berdiri sendiri. Jadi disini bahwa kebijakan yang telah baik saat ini perlu dilanjutkan dan kalau perlu ditingkatkan agar menjadi elemen strategis dalam memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi kita," kata dia.

Berdasarkan pengalamannya dalam mengoordinasikan 46 kantor perwakilan Bank Indonesia se-Nusantara, Dwi menilai perlu sinergi sangat kuat untuk implementasi kebijakan pusat agar bisa berjalan secara optimal. 

Dengan demikian, kekuatan dalam menyinergikan peran pusat dan daerah akan sangat strategis untuk memerikan pemahaman atas ebijakan yang ditempuh. Alhasil, transmisi kebijakan bank Indonesia semakin kuat dan memberikan nilai tambah yang terus meningkat.

"Konteks lebih luas, kebijakan dalam balutan sinergi kita  ini tidak hanya untuk pertumbuhan domestik yang lebih tinggi namun juga menjadi lebih inklusif dan terasa di seluruh lapisan masyarakat kita," ujarnya.

Editorial Team