Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi menyatakan penguatan rupiah dipengaruhi pelaku pasar yang mencermati sinyal dari AS. Fokus utama adalah laporan penggajian non-pertanian (Non-Farm Payroll) AS September yang akan dirilis Kamis.
"Pelaku pasar mencermati sinyal kekuatan pasar tenaga kerja dan tekanan upah. Data yang lebih lemah dari perkiraan dapat meningkatkan harapan penurunan suku bunga Federal Reserve," ujarnya.
Saat ini, pejabat The Fed mengisyaratkan kehati-hatian untuk penurunan suku bunga lebih lanjut. Sebab, inflasi (kenaikan harga) masih tinggi, dan pertumbuhan ekonomi AS tetap tangguh (kuat). Kondisi ini membuat pasar hanya memperkirakan peluang moderat untuk penurunan suku bunga 25 basis poin pada Desember.
Menambah ketidakpastian, Presiden AS Donald Trump mengatakan telah memutuskan calon Ketua The Fed berikutnya, meskipun masa jabatan Ketua The Fed saat ini, Jerome Powell, baru berakhir Mei 2026.
"Spekulasi tentang calon baru telah meresahkan investor yang khawatir tentang independensi bank sentral," kata Ibrahim.