Pixabay.com/Mediamodifier
Faktor penguatan rupiah ketiga, BI dan pemerintah memastikan akan menawarkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang tetap menaik, baik untuk tenor jangka panjang maupun jangka pendek.
Keempat, komitmen BI untuk terus mengupayakan stabilisasi nilai tukar rupiah.
“BI mencatat nilai tukar rupiah pada 15 Februari 2023 menguat sebesar 2,39 persen dibandingkan dengan level pada akhir Desember 2022,” tutur Perry.
Bahkan, kata Perry, kinerja rupiah sudah relatif lebih baik dibandingkan dengan apresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Filipina sebesar 0,99 persen, Thailand 0,85 persen, dan Malaysia 0,27 persen.
“Rupiah yang terus menguat ini didorong oleh aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik yang tetap baik,” ujar dia.
Faktor kelima, yaitu ketidakpastian pasar keuangan yang diperkirakan semakin mereda ke depan. BI pun mencatat aliran masuk modal asing di pasar keuangan domestik mengalami peningkatan.
"Investasi portofolio yang mencatatkan net inflows sebesar 6 miliar dolar hingga 14 Februari 2023," jelas Perry.