Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM sekaligus CEO Danantara, Rosan Roeslani (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Intinya sih...

  • Danantara akan umumkan langkah-langkah restrukturisasi utang KCIC

  • Danantara ingin solusi atas utang proyek agar tak mempengaruhi kinerja KAI

  • Proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya alias cost overrun sebesar Rp18,76 triliun

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Chief Executive Officer (CEO) Danantara Rosan Perkasa Roeslani memastikan, langkah pihaknya dalam restrukturisasi utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) alias Whoosh tidak akan berlangsung setengah-setengah. Rosan menegaskan, Danantara akan berupaya semaksimal mungkin menuntaskan utang yang membebani dalam pembangunan proyek tersebut.

"Kita sedang evaluasi dan kita mau memastikan supaya ini bisa begini, kalau kita ingin melakukan suatu corporate action itu tuntas gitu. Jadi bukan hanya sifatnya menunda masalah," ujar Rosan kepada awak media, dikutip Jumat (8/8/2025).

1. Danantara bakal umumkan langkah-langkah restrukturisasi utang KCIC

Potret Kereta Cepat Jakarta-Bandung Whoosh (kcic.co.id)

Rosan mengatakan, Danantara akan mengumumkan langkah-langkah yang akan ditempuh untuk bisa melakukan restrukturisasi utang dalam pembangunan proyek Whoosh.

"Jadi kita akan lakukan, nanti pada saatnya kita akan umumkan langkah-langkah kita dalam rangka kita merestrukturisasi utang KCIC atau Whoosh ini," kata Rosan.

2. Danantara tidak ingin kinerja PT KAI terdampak

Chief Operating Officer (COO) Danantara, Dony Oskaria. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sebelumnya, kereta cepat dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Adapun KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia dengan konsorsium Indonesia.

Konsorsium Indonesia adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dengan kepemilikan saham 60 persen. Adapun konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd mengantongi saham KCIC 40 persen.

PSBI terdiri dari empat BUMN, yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, PT Wijaya Karya (Persero) tbk atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII.

KAI adalah pemegang saham mayoritas di PSBI, yakni 51,37 persen. Dony mengatakan, Danantara mencari solusi atas utang proyek kereta cepat agar tak mempengaruhi kinerja KAI.

"Tetapi kita ingin penyelesaian kali ini komprehensif dan tidak mengganggu kepada kinerja Kereta Api Indonesia ke depan," ujar COO Danantara, Dony Oskaria akhir Juli silam.

3. Anggaran proyek KCJB bengkak Rp18,76 triliun

Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh. (dok. KCIC)

Proyek kereta cepat mengalami pembengkakan biaya alias cost overrun pada proses pembangunannya. Cost overrun itu telah disepakati sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp18,76 triliun.

Untuk menutupinya, perusahaan-perusahaan di balik mega proyek Indonesia dan China harus mengajukan pinjaman, suntikan modal negara, hingga suntikan modal dari konsorsium China. Adapun suntikan modal dari Beijing Yawan HSR Co. Ltd sekitar Rp8,4 triliun.

Proyek Kereta Cepat telah dibangun sejak 21 Januari 2016. Awalnya, kebutuhan biaya proyek tersebut diperkirakan hanya 6,07 miliar dolar AS atau setara Rp86,67 trililiun. Namun, pada akhirnya ditetapkan biaya proyek bertambah lagi sebesar Rp18,76 triliun.

Penyebab utama biaya proyek bengkak adalah pembebasan lahan, di mana harga tanah yang perlu dibebaskan naik. Penyebab kedua adalah situasi-situasi yang tidak terduga seperti kondisi geologi di tunnel 2 yang berada di area clay shale. Kondisi itu membuat pembangunan sempat terhambat dan akhirnya berdampak pada penambahan biaya.

Berdasarkan jurnal Politeknik Negeri Bandung, clay shale merupakan jenis tanah ekspansif yang akan mengalami pengembangan atau peningkatan volume apabila berkontaksi dengan air. Ketiga, pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia pada 2020 menyebabkan pembengkakan biaya dari penerapan protokol kesehatan, proses karantina, dan juga tes COVID-19.

Lalu, proyek KCJB juga menggunakan teknologi GSM-R untuk persinyalan kereta api cepat. Teknologi itu digunakan sebagai teknologi transmisi data (train control data) mengadopsi teknologi yang dipakai di China Railway. Di China, penggunaan frekuensi GSM-R tidak tidak membutuhkan biaya.

Kelima, pembengkakan biaya proyek KCJB juga disebabkan kebutuhan investasi untuk instalasi listrik. Keenam, ada beberapa pekerjaan lainnya yang menyebabkan kebutuhan biaya untuk proyek tersebut melonjak.

Editorial Team