Tesla (unsplash.com/Tesla Fans Schweiz)
Tesla sudah tujuh bulan berturut-turut mengalami penurunan penjualan di Eropa. Persoalan reputasi, respons dingin terhadap model baru, dan dominasi produsen asal China semakin memperburuk kinerja perusahaan.
“Mereka berbicara tentang hampir segala hal kecuali mobil yang mereka jual dengan kecepatan lebih lambat sekarang karena pada dasarnya, usia kendaraan mereka jauh lebih tua dibandingkan dengan pesaing dan produk terbaru mereka belum sesukses yang diharapkan, terutama Cybertruck,” kata Thomas Bessen, kepala riset otomotif di Kepler Cheuvreux, kepada CNBC Squawk Box Europe pada Kamis (28/8/2025).
Menurut JATO Dynamics, merek asal China termasuk BYD berhasil merebut pangsa pasar 5 persen di Eropa pada paruh pertama 2025. Tesla berupaya membalikkan keadaan dengan mengembangkan kendaraan listrik yang lebih terjangkau, dengan target produksi massal pada paruh kedua tahun ini. Langkah itu memunculkan harapan investor bahwa penjualan bisa kembali terdongkrak lewat model baru.
Namun, kesulitan Tesla makin berat akibat kontroversi yang menyeret Elon Musk. Keterlibatannya dengan pemerintahan Donald Trump, termasuk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE), memicu aksi protes di berbagai showroom Tesla. Bahkan, ada mobil Tesla yang dirusak hingga dilempar molotov saat demonstrasi berlangsung di luar restoran futuristik milik Musk di Hollywood.
Di sisi finansial, pendapatan penjualan mobil Tesla turun pada kuartal II-2025. Musk juga mengingatkan ancaman kondisi sulit.
“Perusahaan pembuat mobil ini bisa menghadapi beberapa kuartal yang sulit ke depan,” katanya, dikutip dari New York Post.
Pesan itu memperlihatkan bahwa Tesla tengah memasuki fase penuh tantangan, meski masih menaruh harapan pada rencana peluncuran produk baru.