Jakarta, IDN Times - Pemerintahan Prabowo-Gibran menganggarkan Rp71 triliun untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada 2025. Sebagai janji politik, program ini sudah pasti dijalankan, tetapi di balik janji tersebut, program MBG dihadapkan pada berbagai tantangan terkait efektivitas implementasi, keberlanjutan, transparansi pengelolaan anggaran hingga model penyalurannya.
Center of Economics and Law Studies (Celios) pun merilis studi terkait mitigasi risiko program MBG tersebut. Adapun temuan utama dari studi ini menunjukkan, program MBG harus dijauhkan dari kepentingan politik (vested interest) agar tidak berubah menjadi proyek prestise yang hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu.
Sebanyak 46 persen masyarakat Indonesia menyoroti risiko inefisiensi penyaluran, sementara empat dari 10 responden mengkhawatirkan potensi korupsi dalam pelaksanaannya. Studi ini memperkirakan potensi kerugian hingga Rp8,5 triliun pada 2025 jika MBG tetap berjalan dengan skema sentralistik yang diusulkan saat ini.
Direktur Keadilan Fiskal Celios, Media Wahyudi Askar mengatakan, Presiden Prabowo harus hati-hati karena Indonesia telah lama dihantui oleh “bandit-bandit” yang melakukan praktik-praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan dalam berbagai sektor.
“Jangan sampai mereka menikam dari belakang, menyalahgunakan program ini sebagai peluang untuk menggerogoti anggaran negara demi kepentingan pribadi atau kelompok. Risiko inefisiensi anggaran juga harus diwaspadai, terutama terkait distribusi rantai pasok yang terlalu panjang, yang bisa memperburuk ketepatan sasaran dan menghambat keberlanjutan program ini,” kata Media, dikutip Minggu (5/1/2025).