Ilustrasi tiang listrik. (Unsplash.com/Andrey Metelev)
Morne Malan, kepala komunikasi di Solidarity, sebuah serikat pekerja dengan 6 ribu anggota di Eskom, meyakini dugaan keracunan itu terkait dengan perjuangan De Ruyter melawan korupsi.
"Semua indikasi saat ini adalah bahwa dia sebenarnya diracun berdasarkan laporan toksikologi. Dari pemahaman kami, kadar sianida normal untuk manusia adalah sekitar 15 miligram per liter darah sedangkan Andre de Ruyter berada di atas 40 miligram per liter," katanya.
Malan juga mengatakan Solidarity tidak mempercayai tuduhan Mantashe karena yakin De Ruyter selalu mengutamakan Eskom dan melakukan yang terbaik. Dia meyakini bahwa campur tangan politik terhadap perusahaan negara membuat pemimpin eksekutif kesulitan menjalankan bisnis secara mandiri.
"Sangat sulit untuk benar-benar menilai seberapa efektif dia. Ada hal-hal tertentu yang dapat kami tunjukkan. Kami percaya dia melakukan pekerjaan yang relatif baik dalam mengurangi beban utang Eskom. Faktanya adalah bahwa pelepasan beban jauh lebih buruk tahun lalu daripada sebelumnya. Kami memiliki lebih dari 200 hari pelepasan beban pada tahun 2022."
Pemadaman listrik secara bergilir di seluruh Afrika Selatan dikenal sebagai pelepasan beban. Tindakan itu pertama kali diterapkan oleh Eskom pada 2008 karena permintaan melebihi pasokan. Pelepasan beban yang dilakukan pada tahun lalu menyebabkan pemadaman listrik hingga 10 jam sehari.
Masalah yang dihadapi Eskom karena korupsi, utang yang melumpuhkan, kurangnya pemeliharaan pembangkit listrik yang sudah tua, dan ketidakmampuan untuk mendapatkan pembangkit baru dan sumber energi terbarukan secara tepat waktu.