Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bendera China (pixabay.com/SW1994)
Bendera China (pixabay.com/SW1994)

Intinya sih...

  • China hapus tarif hingga 15 persen untuk beberapa produk pertanian AS: Tarif impor atas barang-barang pertanian AS dihapus sebagian, yang mulai berlaku efektif pada Senin (10/11)

  • Tarif kedelai AS tetap 13 persen: Harga kedelai AS masih relatif mahal dan kurang kompetitif dibandingkan kedelai dari Brasil dan China berkomitmen membeli minimal 12 juta metrik ton kedelai AS pada dua bulan terakhir tahun 2025

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah China mengumumkan penghapusan sebagian tarif impor atas barang-barang pertanian asal Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini diambil sebagai tindak lanjut dari hasil pertemuan antara Presiden Xi Jinping dan Presiden Donald Trump yang berlangsung pekan sebelumnya.

Meski tarif untuk beberapa produk pertanian AS dihilangkan mulai Senin (10/11/2025), tarif terhadap kedelai AS tetap dipertahankan sebesar 13 persen. Kebijakan ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang masih tersisa di sektor komoditas utama antara kedua negara.

1. China hapus tarif hingga 15 persen untuk beberapa produk pertanian AS

Ilustrasi produk pertanian (unsplash.com/Markus Winkler)

Komisi Tarif Dewan Negara China mengumumkan rencana penghapusan tarif hingga 15 persen pada beberapa produk pertanian impor asal AS. Tarif-tarif ini sebelumnya diberlakukan sejak Maret 2025 sebagai bagian dari perang dagang antara kedua negara. Kebijakan ini akan mulai berlaku efektif pada Senin (10/11).

“China akan menghapus tarif tambahan sebesar 15 persen yang berlaku untuk beberapa produk pertanian AS mulai tanggal 10 November ini,” ujar pernyataan resmi Komisi Tarif China, dilansir Yahoo Finance.

Namun, tarif balasan dengan besaran 10 persen yang diberlakukan sebagai respons atas tarif “Liberation Day” Presiden Trump tetap dipertahankan.​

2. Tarif kedelai AS tetap 13 persen

ilustrasi kacang kedelai (freepik.com/jcomp)

China menegaskan tarif 13 persen tetap berlaku untuk kedelai asal AS. Kebijakan ini membuat harga kedelai AS masih relatif mahal dan kurang kompetitif dibandingkan kedelai dari Brasil, pemasok utama yang menawarkan harga lebih murah.

Berbagai pelaku pasar menyatakan bahwa dengan tarif sebesar 13 persen untuk kedelai AS, pembeli di China tidak akan kembali banyak membeli kedelai dari AS dalam waktu dekat.

“Saya tidak memperkirakan permintaan China untuk kedelai AS akan kembali dengan perubahan tarif ini,” kata seorang trader dari perusahaan perdagangan internasional, dilansir ABC News.

“Brasil tetap lebih murah dan bahkan pembeli non-China lebih memilih kedelai dari Brasil,” tambahnya.​

Meski begitu, setelah pertemuan Xi-Trump, Gedung Putih menegaskan bahwa China berkomitmen membeli minimal 12 juta metrik ton kedelai AS pada dua bulan terakhir tahun 2025, dan minimal 25 juta ton per tahun selama tiga tahun berikutnya. Namun, pihak Beijing belum secara resmi mengonfirmasi angka tersebut.​

3. Penghentian tarif tambahan 24 persen dan dampaknya terhadap hubungan dagang

Ilustrasi tarif baru (freepik.com/creativeart)

Pemerintah China juga mengumumkan akan menangguhkan tarif tambahan sebesar 24 persen yang dikenakan pada barang-barang AS sejak April 2025 selama satu tahun penuh. Keputusan ini menjadi bagian dari kesepakatan setelah pertemuan puncak antara Xi Jinping dan Donald Trump di Korea Selatan pada akhir Oktober 2025.

“Ini merupakan tanda yang positif bahwa kedua pihak bergerak cepat untuk mengimplementasikan kesepakatan,” kata Even Rogers Pay, direktur Trivium China di Beijing.

Suspensi tarif ini juga diharapkan dapat membantu memperbaiki gangguan rantai pasokan global akibat berlangsungnya perang tarif antara dua ekonomi terbesar dunia selama beberapa tahun terakhir.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team