China Cabut Tarif 24 Persen untuk Barang Impor AS Selama Setahun

- China cabut tarif tambahan 24 persen untuk barang impor AS selama satu tahun.
- Penangguhan tarif ditetapkan melalui dua regulasi baru, Beijing tegaskan konsistensi kebijakan terhadap AS.
- Kesepakatan dagang dibentuk di KTT APEC Busan, China mencari alternatif pemasok dari negara lain.
Jakarta, IDN Times – China resmi menangguhkan tarif tambahan 24 persen terhadap sejumlah barang asal Amerika Serikat (AS) selama satu tahun. Kebijakan ini diumumkan pada Rabu (5/11/2025), setelah pertemuan antara Presiden China, Xi Jinping, dan Presiden AS, Donald Trump, di Korea Selatan pekan lalu yang menghasilkan kesepakatan perdagangan satu tahun. Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara menyatakan bahwa China tetap mempertahankan tarif tambahan sebesar 10 persen.
Langkah tersebut mulai berlaku pada Senin (10/11/2025) pukul 13.01 waktu setempat. Kebijakan ini menjadi bagian penting dalam upaya memperbaiki hubungan ekonomi kedua negara setelah ketegangan dagang yang berlangsung berbulan-bulan.
1. Penangguhan tarif ditetapkan melalui dua regulasi baru

Dilansir dari Global Times, China akan menghentikan penerapan tarif tambahan sebagaimana diatur dalam Pengumuman Komisi Tarif Bea Cukai Nomor 2 Tahun 2025 dan menyesuaikan ketentuan dalam Pengumuman Nomor 4 Tahun 2025. Penangguhan tarif sebesar 24 persen berlaku selama satu tahun penuh, sementara tarif 10 persen tetap diberlakukan. Semua kebijakan ini dijalankan berdasarkan Undang-Undang Bea Cukai, Undang-Undang Perdagangan Luar Negeri, dan telah mendapat persetujuan dari Dewan Negara.
“Penangguhan berkelanjutan atas tarif tambahan tertentu antara China dan Amerika Serikat akan membantu mempromosikan hubungan ekonomi dan perdagangan bilateral yang sehat, stabil, serta berkelanjutan, membawa manfaat bagi rakyat kedua negara, dan berkontribusi pada kemakmuran global,” kata Komisi Tarif Bea Cukai Dewan Negara, dikutip dari Anadolu Agency.
Pada Maret 2025, China sempat mengenakan tarif tambahan 15 persen pada ayam, gandum, jagung, dan kapas asal AS. Selain itu, tarif 10 persen juga diterapkan pada sorgum, kedelai, daging babi, daging sapi, produk akuatik, buah-buahan, sayuran, dan produk susu yang diimpor dari AS.
2. Beijing tegaskan konsistensi kebijakan terhadap AS

Dalam konferensi pers di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Mao Ning, menyampaikan bahwa kebijakan China terhadap AS tidak berubah.
“Kami selalu memandang dan menangani hubungan dengan AS berdasarkan prinsip saling menghormati, kerja sama saling menguntungkan. Sementara itu, kami akan dengan tegas membela kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunan kami. Hubungan China-AS yang sehat dan stabil adalah kepentingan mendasar kedua bangsa, dan (itu) adalah apa yang diharapkan oleh komunitas internasional,” ujar Mao.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa meski ada penangguhan tarif, Beijing tetap berpegang pada prinsip utama diplomasi luar negerinya. China menekankan pentingnya keseimbangan antara stabilitas perdagangan dan perlindungan kepentingan nasionalnya.
3. Kesepakatan dagang dibentuk di KTT APEC Busan

Dilansir dari Livemint, kesepakatan penangguhan tarif ini muncul dari pembicaraan Xi-Trump di sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Busan, Korea Selatan. Langkah itu menjadi upaya untuk mengakhiri perang dagang dengan mencabut tarif tambahan 24 persen yang telah berlaku sejak April 2025, sementara tarif 13 persen untuk kedelai masih dipertahankan. China juga tengah berupaya mencari alternatif pemasok dari negara lain.
Pihak Gedung Putih menyatakan bahwa Beijing sepakat membeli minimal 12 juta metrik ton kedelai AS pada November–Desember 2025, serta 25 juta metrik ton dalam tiga tahun ke depan. Namun, China belum mengonfirmasi jumlah tersebut, sementara harga kedelai AS tetap lebih tinggi dibandingkan produk serupa dari Brasil. Penangguhan satu tahun ini, memberi ruang bagi negosiasi baru sekaligus membuka kemungkinan sengketa lanjutan jika komitmen perdagangan tidak berjalan sesuai kesepakatan.



















