Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pesawat Boeing 737-8 MAX milik Air China dengan nomor registrasi B-1223. (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Berkas ini dilisensikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa 2.0 Generik, via Wikimedia Commons)
Pesawat Boeing 737-8 MAX milik Air China dengan nomor registrasi B-1223. (Anna Zvereva from Tallinn, Estonia, Berkas ini dilisensikan di bawah lisensi Creative Commons Atribusi-Berbagi Serupa 2.0 Generik, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Pemerintah China memerintahkan maskapai dalam negeri untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing dari AS.
  • Larangan ini juga meliputi pembelian komponen dan peralatan penerbangan buatan AS, menyulitkan maskapai yang bergantung pada suku cadang produksi Amerika.
  • Perang tarif antara AS dan China mengganggu pasar saham global, termasuk saham Boeing yang turun 1,6 persen.

Jakarta, IDN Times – Pemerintah China dilaporkan memerintahkan seluruh maskapai dalam negeri untuk menghentikan pengiriman pesawat Boeing terbaru dari Amerika Serikat (AS). Larangan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan dagang, setelah China menetapkan tarif balasan atas produk AS hingga 125 persen.

Perintah tersebut menjadi pukulan baru bagi Boeing yang saat ini tengah mempersiapkan pengiriman sekitar 10 unit 737 Max ke maskapai-maskapai China. Menurut Bloomberg, pesawat yang telah menyelesaikan proses pembayaran dan dokumen pengiriman sebelum tarif diberlakukan kemungkinan masih akan diterima. Namun, larangan ini tetap berdampak besar pada hubungan dagang antara kedua negara. Penghentian pengiriman juga disebut berlaku tanpa batas waktu yang jelas.

“China baru saja membatalkan kesepakatan besar dengan Boeing, mengatakan bahwa mereka tidak akan mengambil kepemilikan atas pesawat yang sudah dipesan,” tulis Presiden AS Donald Trump dalam unggahannya di Truth Social, dikutip dari CBS News, Rabu (16/4/205).

1. Maskapai China juga dilarang beli suku cadang dari AS

ilustrasi pesawat terbang (pexels.com/Pixabay)

Selain larangan pengiriman pesawat, pemerintah China juga menginstruksikan maskapai untuk tidak lagi membeli komponen dan peralatan penerbangan buatan AS. Kebijakan ini turut menyulitkan maskapai yang bergantung pada suku cadang produksi perusahaan-perusahaan Amerika. Beberapa maskapai bahkan dikabarkan sedang mencari cara alternatif untuk mempertahankan operasional armadanya.

Bloomberg menyebut bahwa pemerintah China sedang mempertimbangkan langkah bantuan bagi maskapai yang menyewa pesawat Boeing dan kini menghadapi lonjakan biaya operasional. Ketidakpastian ini berpotensi mengganggu stabilitas sektor penerbangan sipil di China. Maskapai seperti China Southern Airlines, Air China, dan Xiamen Airlines disebut termasuk dalam daftar penerima pesawat baru yang terdampak.

Sementara itu, pihak Boeing menolak memberikan komentar. Saham perusahaan tersebut turun 1,6 persen menjadi 156,74 dolar AS pada perdagangan pagi hari, menurut laporan CBS News.

2. Perang tarif memukul industri penerbangan global

ilustrasi perang dagang antara China dan Amerika Serikat. (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

Larangan dari China muncul tak lama setelah Negeri Tirai Bambu menaikkan tarif atas produk-produk AS sebagai balasan terhadap kebijakan Presiden Trump. Tarif tersebut kini mencapai 125 persen, bahkan bisa naik hingga 145 persen untuk beberapa jenis barang. Ini membuat harga pesawat buatan AS melonjak dua kali lipat dan dianggap tak lagi terjangkau.

Dampak perang dagang ini dirasakan langsung oleh produsen pesawat di kedua belah pihak. Kepala keuangan Boeing, Brian West, sebelumnya telah mengungkapkan bahwa tarif tinggi bisa menghambat pasokan komponen dari para pemasoknya. Di sisi lain, produsen asal Eropa, Airbus, ikut terkena imbas karena pasokan komponen dari AS juga terganggu.

“Kami menghadapi masalah dalam menerima komponen dari Spirit AeroSystems asal Amerika, dan ini memengaruhi produksi jet A350 dan A220,” kata CEO Airbus, Guillaume Faury kepada para pemegang saham, dikutip dari The Guardian, Rabu (16/4).

3. Efek domino ke pasar saham dan sektor otomotif

Ilustrasi Grafik Penurunan (IDN Times/Arief Rahmat)

Perang tarif antara AS dan China ikut mengguncang pasar saham sejak awal April. Meskipun indeks S&P 500 sempat naik tipis 0,7 persen pada Selasa, nilainya masih turun sekitar 7 persen sepanjang tahun ini. Saham Boeing ikut terpukul bersama perusahaan-perusahaan lain yang tergantung pada rantai pasok global.

Di Asia, indeks Nikkei Jepang naik 0,8 persen dan Kospi Korea Selatan naik 0,9 persen setelah Presiden Trump memberi sinyal bantuan untuk industri otomotif. Ia menyebut bahwa pabrikan mobil membutuhkan waktu untuk memindahkan produksi suku cadang ke dalam negeri. Pernyataan ini memberi angin segar bagi pabrikan seperti Honda, Suzuki, dan Hyundai.

Sementara itu, di Eropa, bursa saham juga menguat usai komentar optimistis dari Wakil Presiden AS JD Vance soal peluang kesepakatan dagang dengan Inggris.

“Kami benar-benar bekerja keras bersama pemerintah Keir Starmer,” kata Vance dalam wawancara dengan Unherd.

Vance mengatakan bahwa menurutnya ada peluang besar untuk mencapai kesepakatan hebat yang akan menguntungkan kedua negara.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team