Defisit AS Masih Besar, The Fed Diproyeksi Pangkas Suku Bunga 3 Kali

Jakarta, IDN Times - Ekonom senior sekaligus Menteri Keuangan di era Presiden SBY Chatib Basri memperkirakan, Federal Reserve Amerika Serikat (AS) akan mulai menurunkan suku bunganya pada semester II-2024.
Suku bunga The Fed saat ini di level 5,25-5,5 persen. Namun penurunan ini akan dilakukan The Fed dengan hati-hati.
"Fed akan turunkan tingkat bunga 2-3 kali di paruh kedua 2024, challenge-nya adalah defisit di AS masih besar, jadi akan ada kebutuhan bond issuance yang cukup besar," papar Chatib usai acara IIF, Senin (29/1/2024).
1. Defisit AS masih besar capai US$ 1,7 Triliun
Adapun defisit AS saat ini mencapai 1,7 triliun dolar AS pada 2023, meningkat 23 persen dari posisi 2022. Defisit ini sejalan dengan penerimaan AS yang turun 457 miliar dolar AS atau sekitar 9 persen.
"Challenge-nya adalah defisit di AS masih besar, jadi akan ada kebutuhan bond issuance yang cukup besar," jelas Chatib.
2. Potensi resesi AS mengecil
Di sisi lain, Chatib menyebutkan jika kemungkinan resesi di AS mengecil, maka semakin sedikit masyarakat yang akan memegang obligasi.
Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal IV/2023 tercatat sebesar 3,3 persen (yoy).
"Demand bond akan turun, suplai naik, maka harga akan jatuh dan yield akan naik, ini yang akan membuat The Fed harus hati-hati dalam menurunkan tingkat suku bunga,” kata Mantan Menteri Keuangan periode 2013-2014.
3. The Fed bakal turunkan suku bunga 3 kali
Bank Indonesia memproyeksi Federal Reserve atau The Fed akan mulai memangkas suku bunganya (Fed rate) pada semester II 2024. Hal ini berdasarkan asesmen perekonomian, kondisi tenaga kerja, dan inflasi di Amerika Serikat (AS) dan penurunan inflasi di negara maju, termasuk AS.
"Bacaan kami semula diperkirakan The Fed bakal turunkan suku bunga dua kali, bacaan kami terakhir tiga kali sebesar 75 basis poin,” ujar Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers di Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (17/1/2024).
Ia menjelaskan bahwa siklus kenaikan suku bunga kebijakan moneter negara maju, termasuk Fed Funds Rate (FFR), diperkirakan telah berakhir meskipun masih bertahan tinggi pada semester I 2024.
Namun perkiraan tersebut berdasarkan pada asesmen perekonomian, kondisi tenaga kerja, dan inflasi di AS. Selain itu, penurunan inflasi di negara maju, termasuk di AS.
"Serta yield obligasi pemerintah negara maju, termasuk US Treasury, menurun secara gradual tapi masih berada di level tinggI, sejalan dengan premi risiko jangka panjang (term-premia) terkait besarnya pembiayaan fiskal dan utang pemerintah AS," tuturnya.