Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini.
Rektor Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini. (Tangkapan layar)

Intinya sih...

  • Didik menekankan pentingnya respons yang hati-hati terhadap isu 17+8, mengingat situasi kelas menengah yang berantakan dan masyarakat rentan di sekitar garis kemiskinan.

  • Didik menilai awal kepemimpinan Purbaya sebagai Menteri Keuangan bukanlah permulaan yang bagus, namun berharap sosoknya bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

  • Didik mengungkapkan bahwa dia pernah bekerja sama dengan Purbaya selama lima tahun di Komite Ekonomi Nasional pada era Presiden Susilo Bambang Yudh

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ekonom senior sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, menyinggung gaya bicara Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Dia menekankan posisi Menkeu bukan hanya soal menguasai angka, tetapi harus tampil sebagai politikus profesional (pro-politician) dan teknokrat yang berjiwa negarawan (techno-politician).

"Jadi bukan hanya dia menguasai data-data dan angka kemudian mengatakan saya bisa menyelesaikan. Tetapi dia punya empati, punya rasa terhadap situasi," katanya dalam diskusi daring pada Rabu (10/9/2025).

1. Respons terhadap isu 17+8 harus hati-hati

Demonstran memegang poster 17+8 tuntutan rakyat (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Didik menyinggung pernyataan Purbaya terkait isu 17+8 yang sebelumnya menuai sorotan publik. Dia menegaskan respons terhadap tuntutan tersebut tidak boleh dilakukan sembarangan.

Menurut Didik, situasi kelas menengah saat ini justru berantakan karena jumlahnya menurun dari 57 juta menjadi 48 juta orang. Padahal kelompok tersebut selama ini menjadi motor penggerak ekonomi.

Dia juga mengingatkan kondisi masyarakat di sekitar garis kemiskinan semakin rentan. Apalagi, menuurut Badan Pusat Statistik (BPS) angka garis kemiskinan nasional Indonesia adalah Rp600 ribu per orang per bulan.

"Sehingga merespons 17+8, tidak boleh sembarangan. Karena memang yang berantakan turun ke bawah," ujarnya.

2. Bukan permulaan yang bagus untuk Purbaya

Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa (IDN Times/Ilman Nafi'an)

Didik menilai awal kepemimpinan Purbaya sebagai Menteri Keuangan kurang bagus. Meski begitu, dia berharap Purbaya bisa menjalankan tugas dengan baik.

"Jadi bukan permulaan yang bagus buat Yudhi ya. Yudhi ini junior saya dalam segi usia. Dulu tim di dalam. Mudah-mudahan bisa menjalankan tugas. Kalau tidak ini risikonya negara ini," paparnya.

Oleh karena itu, dia menilai seorang Menteri Keuangan harus tampil sebagai techno-politician yang memahami situasi, mengerti rasa, serta bisa bersikap sebagai politikus sekaligus negarawan.

3. Pernah bersama di komite ekonomi Era SBY

Presiden ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ketika tiba di Balai Kota untuk melukis Monas dan Bunderan Hotel Indonesia (HI). (IDN Times/Santi Dewi)

Didik mengungkapkan mengenal baik Purbaya karena pernah menjadi sahabat sekaligus rekan kerja selama lima tahun di Komite Ekonomi Nasional pada era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), sebagai penasihat ekonomi presiden.

Menurut Didik, Purbaya dikenal sebagai sosok yang ceplas-ceplos dalam berbicara. Meski demikian, dia menilai Purbaya sebenarnya memiliki muatan akademik yang bisa terbukti atau juga sebaliknya.

"Orangnya ya ceplas-ceplos seperti itu. Tapi dia sebenarnya mempunyai muatan akademik. Ya bisa terbukti, bisa tidak," tambahnya.

Editorial Team